Sebuah lembaga independen di Israel, National Insurance Institute (NII), kemarin mengeluarkan data yang cukup mengejutkan pemerintahannya. Jumlah rakyat miskin di Israel terus bertambah.
Dalam datanya, NII memaparkan sejak tahun 2005 sampai saat ini jumlah orang miskin di Israel mencapai 1,63 juta jiwa. Dari angka tersebut, 47.000 di antaranya berasal dari keluarga pasukan Israel. Tapi yang paling mengejutkan adalah, 768.000 di antara angka kemiskinan itu menimpa anak-anak. Jika dihitung secara rata-rata, dari data NII tersebut, seperempat penduduk Israel hidup dalam kemiskinan.
Data yang dilansir oleh NII seperti sebuah tonjokan yang menyakitkan bagi pemerintahan Israel. NII meminta agar pemerintahan Israel juga memperhatikan agenda-agenda sosial, terutama memerangi kemiskinan. Bukan hanya berperang melawan negara-negara tetangga, terlebih dengan Palestina.
Menteri Pertahanan Israel, Amir Peretz menanggapi hal ini mengatakan, dampak yang terjadi dalam agenda-agenda sosial mau tidak mau tidak bisa dihindari karena perubahan kebijakan politik belakangan ini. “Perlu diingat, kondisi terakhir pemerintah Israel saat ini memang harus dilakukan dengan meminimalkan dampak sosial,” ujar Peretz.
Ben Shalom, CEO NII mengatakan, meningkatnya angka kemiskinan harus segera diantisipasi, karena kecenderungannya menunjukkan akan terus meninggi. Ia menjelaskan, tahun 2006, orang-orang dewasa yang hidup di bawah garis kemiskinan cenderung meningkat sebanyak 24,4 persen. Sebelumnya, tahun 2003 angkanya sebanyak 20,8 persen dari total jumlah penduduk. Dan tahun 2005 kembali meningkat menjadi 23,1 persen.
Berita tentang memburuknya kondisi ekonomi Israel ini, menjadi bukti tersendiri akan firman Allah tentang makar manusia. “Mereka membuat makar, dan Allah pun membuat makar. Maka makar siapakah yang lebih baik?” (na/str/haaretz)