Wahab Akbar, anggota parlemen Filipina itu tewas seketika ketika ledakan hebat terjadi di sisi selatan lobi gedung parlemen di kota Manila, Selasa (13/11). Selain Akbar, menurut Kepala Polisi kota Manila Geary Barias, sopirnya dan seorang staff parlemen juga tewas dalam insiden tersebut. Sepuluh orang, dua di antaranya perempuan yang anggota parlemen, mengalami luka-luka.
Tayangan televisi lokal memperlihatkan bagaimana para dokter berusaha menyelamatkan nyawa Akbar, 47, namun gagal. "Anggota kongre Akbar, meninggal dunia, " kata seorang staffnya pada radio lokal DZMM, setelah para dokter menyatakan bahwa mereka tak berhasil menyelamatkan nyawa Akbar.
Dari tayangan televisi setempat, terlibat bagaimana dampak ledakan yang menghancurkan lobi gedung dan tiga mobil di pelataran parkir. Asap mengepul dari lokasi kejadian. Aparat kepolisian berjaga-jaga dan berusaha mencari kemungkinan korban lain. Pihak militer memberikan peringatan waspada dan membuat sejumlah pos pemeriksaan di seluruh Manila.
Presiden Filipina Gloria Arroyo memerintah kepolisian menyelidiki insiden ledakan itu. Juru bicara parlemen Jose de Venecia mengutuk insiden itu dan menyebutnya sebagai "tindakan seorang anarkis, teroris. "
Sumber-sumber kepolisian yang tidak mau disebut namanya mengungkapkan, ledakan hebat itu berasal dari sebuah bom yang dipasang di sebuah sepeda motor yang diparkir di dekat mobil milik Wahab Akbar, muslim Filipina yang menjadi anggota parlemen. Polisi menduga, Akbar lah yang memang menjadi target pelaku ledakan.
"Dari apa yang kami lihat, nampaknya anggota kongres Akbar adalah target dari serangan itu, " kata Barias beberapa saat setelah ledakan.
Akbar adalah anggota parlemen yang mewakili kepulauan Basilan. Ia pernah menjadi gubernur kepulauan itu selama dua kali masa jabatan sebelum akhirnya duduk di parlemen pada tahun ini. Akbar juga pernah menjadi anggota Moro National Liberation (MNLF), organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan bagi wilayah muslim Moro di Filipina.
Humas pemerintahan provinsi Basilan Chris Punomenuding "kelompok-kelompok oposisi" di wilayah itu yang telah melakukan serangan tersebut. "Musuh-musuh politik Akbar, ingin mengambil alih kekuasaan di wilayah ini, " kata Puno. (ln/iol)