Di depan gerbang gedung penjara Thura, sisi Tenggara Kairo Mesir, seorang anak perempuan Khadijah (11) berdiri. Di hadapannya ada sejumlah makanan yang akan ia serahkan kepada para polisi penjaga penjara untuk santap berbuka puasa ayahnya yang sedang berada di balik jeruji penjara. “Saya tidak ingin masuk. Tapi saya ingin agar ayah saya berbuka puasa dari tangan saya. Agar dia bisa berbuka puasa sebagaimana saya dan saudara-saudara saya di rumah, ” ujar Khadijah tanpa gentar.
Di samping piring-piring makanan milik Khadijah, ada sejumlah piring lain yang juga disediakan oleh para keluarga tahanan untuk berbuka puasa. Untuk siapakah makanan-makanan berbuka itu?
Khadijah akhirnya tidak mampu lagi menahan tangisnya, bersama puluhan orang keluarga para tahanan di depan gedung penjara. Hingga akhirnya polisi penjara membolehkan sejumlah keluarga untuk masuk dan memberi makanan berbuka pada keluarga mereka di dalam penjara. Makanan berbuka itupun lalu diberikan kepada para tahanan asal organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun, As Salafiyah, kemudian Al-Jihad. Khusus untuk tahanan yang dituduh sebagai anggota Organisasi Al-Qaidah, mereka dilarang menerima makanan dari luar penjara.
Peristiwa seperti ini bukan peristiwa yang jarang terjadi selama bulan puasa. Hampir setiap hari keluarga para tahanan memberikan makanan berbuka untuk mereka. Yang baru justru yang terjadi di dalam penjara, karena sejumlah tahanan berasal dari Organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dijatuhi vonis dari Mahkamah Militer sejak Februari tahun ini, dengan tuduhan melakukan money loundry untuk kepentingan organisasi.
Sepanjang bulan Ramadhan inipun di dalam penjara terjadi sejumlah hal baru lainnya. Karena para tahanan asal Al-Ikhwan telah menciptakan iklim penjara menjadi hidup dengan berbagai kegiatan positif. Wajar saja karena di antara para tahanan itu adalah Insinur Khaerat Shatir, Wakil Kedua Mursyid Al-Ikhwan, juga seorang pengusaha bernama Abdurrahman Suudi, beserta sejumlah tokoh lainnya. Di penjara mereka menggelar program Ramadhan dengan tema: “Fastabiqul Khairaat” (maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan).
Program itu dimulai setelah santap berbuka puasa setelah di waktu siangnya mereka sibuk menjalani proses persidangan di Haikast Utara Kairo atau menerima kunjungan keluarga, dan para advokat. Para tahanan meminta para petugas penjara membolehkan mereka keluar dari sel saat berbuka dan setelah berbuka sehingga mereka bisa santap buka puasa bersama. Demikian pula dalam hal melakukan shalat tarawih dan menciptakan suasana saling berlomba di penjara untuk memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadhan. Isi program ini juga berupa kajian tentang pelajaran bulan Ramadhan, mempersiapkan majalah dinding, mengadakan perlombaan membaca Al-Quran, dan giliran membangunkan sahur para tahanan.
Dengan program inilah, para tahanan bisa mendapatkan banyak kesempatan untuk menggali ilmu dan membanyakkan membaca buku di bulan Ramadhan. Mereka bahkan juga menggelar kajian Islam setiap hari meskipun hanya lima menit saja berisi berbagai nasihat atau ilmu agama. (na-str/iol)