Anak-Anak Tentara AS Terindikasi Alami Gangguan Perilaku

Perang AS di Irak dan Afghanistan ternyata menimbulkan dampak serius bagi perkembangan jiwa anak-anak dari para tentara AS yang pernah ditugaskan di kedua zona perang itu. Terutama tentara-tentara yang setelah bertugas di Irak dan Afghanistan, mengalami gangguan kejiwaan sekembalinya ke rumah.

Tim peneliti dari Boston Medical Center dan Boston University dalam laporannya mengatakan, tiga sampai lima anak-anak yang orangtuanya pernah ditugaskan ke Irak dan Afghanistan atau salah satu dari kedua negara itu, mengalami masalah perilaku. Misalnya, sang anak jadi lebih agresif dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga militer, tapi orangtuanya tidak pernah ditugaskan ke medan perang Irak atau Afghanistan.

"Dinamika keluarga secara keseluruhan berubah ketika salah satu orangtua mereka bertugas dalam jangka waktu yang lama," kata Dr. Deborah Frank, salah seorang peneliti.

"Dalam kasus ini, stress yang muncul karena berpisah dengan orang tua. Bahkan anak yang masih sangat kecil sekalipun bisa merasakan kegelisahan bukan hanya karena orang tua mereka tidak ada, tapi gelisah karena memikirkan hal-hal yang buruk terjadi pada orang tuanya," papar Frank.

Penelitian dilakukan mulai tahun 2007. Tim tersebut meneliti 169 keluarga yang memiliki anak-anak pra-sekolah, yang didaftarkan ke fasilitas penitipan anak untuk keluarga militer di sebuah basis militer Korps Marinir AS. Namun tim peneliti menolak menyebutkan identitas basis militer tersebut.

Selain perilaku agresif, anak-anak yang orang tuanya ditugaskan ke Irak atau Afghanistan juga cenderung berperilaku impulsif dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. "Kita harus menyadari, bukan hanya orang yang berada di medan perang yang menderita hal-hal seperti itu, tapi juga keluarga dan anak-anak mereka yang masih kecil," ujar Frank prihatin.

National Military Family Assosciation (NMFA)-organisasi yang memberikan dukungan dan bantuan bagi pasangan dan anak-anak personel militer AS-mengatakan, yang paling menyedihkan adalah anak-anak yang orangnya beberapakali ditugaskan ke medan perang.

"Ketika penugasan pertama, sebuah keluarga mungkin masih bisa mengatasi persoalan dengan baik, tapi ketika mereka belum pulih dari persoalan yang dihadapi saat penugasan pertama, sudah ada penugasan kedua atau ketiga …. " kata Joyce Raezer, direktur eksekutif NMFA.

Laporan hasil penelitian tim Boston Medical Center dan Boston University membuat banyak keluarga tentara di AS khawatir. Saat ini AS menempatkan 152.000 pasukannya di Irak dan 31.000 di Afghanisran. Beberapa diantara mereka pernah ditugaskan lebih dari sekali. Dan sekarang ada lebih dari dua juta anak-anak di AS yang orangtuanya pernah dikirim ke Afghanistan atau Irak. (ln/prtv)