Ward Shreit telah kembali ke sekolah dan tak bisa menahan kegembiraannya. Harem Boys School di Suriah barat laut yang dikuasai oposisi, membuka kembali pintunya pada Ahad (26/2/2023). Hampir tiga minggu setelah dua gempa dahsyat melanda beberapa bagian Suriah dan Turkiye, menewaskan puluhan ribu orang dan memengaruhi kehidupan jutaan orang lainnya.
“Saya senang bisa kembali ke sekolah karena saya bisa bertemu teman-teman saya lagi,” kata Ward, 10 tahun, kepada Al Jazeera.
Dia mengatakan dia tidak kehilangan anggota keluarga dalam gempa tersebut, tetapi salah satu teman sekelasnya meninggal.
“Saya merasa sedih karena dia tidak ada di kelas dan saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Dia pintar, dan kami sering bermain bersama,” ucap Ward.
Para siswa yang kembali ke sekolah ini ikut serta dalam latihan evakuasi jika terjadi gempa bumi di masa mendatang.
Ahmad Sheikh Ahmad, Kepala Sekolah Harem Boys School, mengatakan bahwa dewan pendidikan memutuskan untuk merancang dan menerapkan latihan ini demi keselamatan anak-anak dan guru. Pada hari Sabtu dan Ahad, sekolah mendedikasikan dua sesi kelas terakhir untuk latihan tersebut.
“Kami ajari mereka jika mendengar sirene berbunyi, mereka harus berjalan dengan tertib dan tenang menuju taman bermain sekolah, karena itu adalah area datar yang dapat menampung semua orang,” kata Ahmad.
“Jika itu adalah–semoga Allah jauhkan kami darinya–gempa bumi yang kuat, kami mengajari mereka cara berlindung di bawah meja dengan tangan di atas kepala untuk melindungi diri mereka sendiri.”
Siswa yang hadir pada hari itu hanya setengah dari kapasitas kelas karena banyak yang kondisinya masih terguncang, kata kepala sekolah, yang menambahkan bahwa dia berharap kembalinya jam sekolah akan memberikan pemulihan bagi para murid.
Sekolah-sekolah Rusak
Menurut Kementerian Pendidikan di Provinsi Idlib, sekira 250 sekolah di wilayah tersebut rusak akibat gempa, terutama di Kota Harem, Salqin, Atarib, Idlib, dan al-Mulund. Satu sekolah hancur total, dan sebagian besar sekolah (203 sekolah) rusak sebagian. Sementara itu, sekolah lainnya mengalami kerusakan ringan.
Kementerian juga mengatakan bahwa 39 guru dan 421 siswa tewas dalam gempa tersebut.
Jamila al-Turk, yang kehilangan dua siswa di kelasnya di Harem Rural School, terkejut dengan tingkat kerusakan yang terjadi pada bangunan sekolahnya.
“Saya pergi melihat kelas saya dan mengenang para siswa dan guru yang hilang akibat gempa,” kata guru berusia 23 tahun itu.
“Sekolah ini sangat berarti bagi saya, seperti rumah kedua saya. Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di sini dan menganggap para siswa seperti anak-anak saya sendiri.”
Al-Turk mengatakan, dia berharap bisa terus memberikan kelas kepada murid-muridnya, meski di tempat yang berbeda, bahkan jika itu berarti mengambil jam kerja ketiga di sekolah yang berbeda.
“Pesan saya kepada murid-murid saya adalah utamakan pendidikan kalian apa pun yang terjadi, karena itu adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Saya berharap sekolah ini segera dibangun kembali,” ujarnya.
Fadel Abu Bakar, pengawas Dinas Pendidikan Harem yang menaungi 60.000 siswa, mengatakan, “Kami sedang memantau perkembangan dan dimulainya kembali pelajaran di sekolah yang masih berdiri maupun di sekolah-sekolah tenda.”
Mayoritas guru dan anak-anak dikatakannya terlihat bersemangat selama kunjungannya di beberapa sekolah.
“Kembalinya para murid ke sekolah dapat mengurangi trauma yang dialami pasca gempa. Bagus bagi mereka untuk kembali ke sekolah dan berkumpul satu sama lain,” ujarnya.