Anak-anak Somalia meninggalkan AS, secara rahasia, dan mereka bergabung dengan para pejuang Islam, dan mereka ikut berperang melawan tentara asing. Kepergian anak-anak yang sangat rahasia, menimbulkan kebingungan di kalangan keluarga Somalia.
Umumnya, masyarakat Somalia sebagian besar mereka berdiam di Minneapolis dan Minnesota. Ini merupakan sebuah phenomena baru.
Halima Abdi, seorang ibu lima orang anak, yang berdiam di Minneapolis, menceritakan, bahwa ia kehilangan anaknya, dan tiba-tiba anaknya yang hilang itu menelponnya dari Mogadishu.
Abdi merasa sangat gembira, mendapatkan telpon anaknya, yang sudah tidak pulang dari sekolah, sejak 2 Nopember yang lalu. “Saya pulang dari kerja. Dan, saya menanyakan kepada anak saya yang lain, di mana Mohammad Yasin, tetapi tidak ada yang tahu, di mana dia selama ini”, ungkap Abdi. Mohammad Yasin, masih sangat belia, dan baru berumur 14 tahun. Abdi sudah melaporkan kepada polisi, bahwa ia kehilangan anaknya yang baru berumur 14.
Sesudah beberapa waktu lamanya, di sautu hari saya mendapatkan telpon dari seorang anak, yang menelpon dari Mogadishu, ibukota Somalia. “Ibu, ini anakmu, Mohammad. Saya telah sampai di Mogadishu, saya ikut berperang melawan musuh Somalia”. Sesudah itu, anaknya menutup telponnya, dan tidak ada kata-kata lagi yang ia ucapkan. Ibunya sulit memahami anaknya dapat pergi sendirian ke Somalia. Di mana negeri itu masih penuh dengan konflik dan perang. Bahkan, bergabung dengan para pejuang Islam, yang ingin melawan musuh Somalia.
“Saya hanya berpikir, anak akan mati di Somalia”,tambah Abdi. Wanita itu sekarang mempertanyakan kepada polisi federal AS, yang membiarkan anak-anak bisa pergi keluar negeri, dan menggunakan pesawat terbang. “Bagaimana setiap anak remaja, diizinkan pergi dengan menggunakann pesawat terbang?”, ungkap Abdi. Wanita Somalia ini belum dapat memahami, bagaimana anaknya yang masih sangat remaja dapat meninggalkan bandara. Abdi juga mendengar ada sejumlah remaja Somalia yang juga meninggalkan Minneapolis, pergi ke Somalia.
Abdirizaq, yang menetap di Minneapolis, mempunyai sepupu yang baru berumur 17 tahun, dan dua orang remaja temannya, juga meninggalkan AS, pergi menuju ke Somalia. “Saya tidak tahu, bagaimana mereka, anak-anak itu, kembali ke kampung halamannya (Somalia)”, ujar Abdirizaq.
Memang, sejak kabar adanya tentara Ethiopia masuk ke Somalia telah menimbulkan keinginan anak-anak muda, yang ingin pergi berjihad melawan penjajah Ethiopia. Apalagi, mereka mendengar bahwa tentara Ethiopia, yang didukung AS, menghancurkan kampung-kampung, yang didiami suku-suku, yang menjadi basis gerakan perlawanan, menimbulkan amarah yang luar biasa, dikalangan pemuda Somalia, di manapun mereka.
Abdinur Hussien, warga negara AS, keturunan Somalia, yang tinggal di Minneasota, di negara bagian yang paling banyak masyarakat Somalianya, menyebutkan tak kurang 500 remaja yang pergi meninggalkan AS, dan kembali ke Somalia untuk berjihad. Hal ini seperti diakui oleh Sheikh Moqtar Robow Abumansur, juru bicara As-Shabab, menyatakan : “Kami mempunyai saudara-saudara yang berasal dari luar negeri, yang ikut dalam jihad kami”, ujar Abumansur.
Tentu, fihak keamanan AS,dan aparat intelijennya (CIA), serta Mossad, sangatlah mengkawatirkan, apa yang terjadi di Somalia sekarang, di wilayah ini muncul kekuatan Islam, yang seperti di Afghanistan dan Pakistan, yang akan menjadi ancaman bagi AS. Tapi, mereka ini sesungguhnya adalah kelompok-kelompok pejuang yang ingin memerdekan negaranya dari penjajahan. (m/jp). +