Anak-Anak Irak, Rindu Sekolah dan Bisa Pulang ke Rumah

Anak-anak… Adalah harta berharga bagi semua masyarakat. Aset yang sangat menentukan masa depan dan corak sebuah negara. Kekayaan yang penting dipelihara, dibina, diarahkan seberapapun biaya untuk bisa melakukannya. Karena, sekali lagi, mereka adalah asset yang akan menentukan masa depan sebuah bangsa.

Tapi memang masalah ini justru menjadi kendala terbesar di Irak. Irak yang saat ini telah menginjak tahun keenam penjajahan AS, memaksa anak-anak sekolah di pasar-pasar sambil berjualan dan mencari makan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tidak jarang, mereka juga menghadapi ragam penghinaan dan pelecehan seksual oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

“Ibuku mengatakan kepadaku, “Walid, kamu harus tinggalkan sekolah. Kita tidak punya pilihan lain… Padahal aku termasuk rangking di sekolah di bidang matematika dan ilmu pengetahuan umum. Ketika aku tetap memaksa untuk masuk sekolah ibuku marah.” Ini perkataan Walid Shalih seorang murid SD usia 11 tahun yang disampaikan kepada Islamonline.

Walid Shalih yang dirundung duka setelah satu tahun lalu ditinggal mati orang tuanya akibat salah satu ledakan bom yang menghancurkan sebuah rumah makan tempat ayahnya bekerja, di Baghdad. Sementara ibunya kini bekerja di pabrik sebagai pekerja kasar untuk sekedar menyambung hidup keempat anaknya. Dan Walid adalah anak yang paling besar. Kedukaan tak lepas dari kehidupan keluarga Walid sampai titik itu. Ia mengatakan, “Pada awalnya, aku sangat suka bekerja. Tapi tiba-tiba bos tempat saya bekerja melakukan pelecehan seksual terhadapku tapi aku tidak berani mengadukan hal ini pada ibu sampai kemudian ada seorang pekerja lain yang mengadukan hal ini ke polisi, lalu bos ku ditangkap.”

Dengan berurai air mata, Walid mengatakan lagi, “Aku tidak ingin peristiwa itu berulang kembali. Aku lalu menjual rokok di jalan-jalan Baghdad. Aku berdoa kepada Allah setiap malam agar Allah swt menolong keluargaku dan menyelamatkanku dari jalanan dengan mengembalikanku ke sekola … Tidak ada yang menolong kami kecuali Allah.. “

Menurut UNICEF, di Irak, jumlah anak-anak yang bekerja melonjak hebat sejak bulan Maret 2003. Jumlah anak-anak usia sebelas tahun putus sekolah dan bekerja di tahun 2006 sudah sebesar 14% dari total jumlah anak-anak Irak. Di sisi lain, kehidupan semakin buruk karena jumlah pengangguran membengkak dan juga jumlah para janda.

“Agak sulit menentukan jumlah pekerja anak-anak di sini, karena ada banyak angka kematian yang terjadi sepanjang tahun 2006-2007, ” ujar seorang petugas UNICEF.

Sebenarnya, di tahun 2004 pemerintah Irak sudah melarang pabrik dan tok o mempekerjakan anak di bawah usia 14 tahun, dengan memungut denda sebesar 100 sampai 300 dollar bagi yang melanggar. Tapi undang-undang itu tidak pernah diterapkan sejak dibuat. Justru jumlah pabrik yang ada di Irak, semena-mena mempekerjakan anak-anak. (na-str/iol)