Muslimah Inggris di Oxford, Inggris menggelar aksi unjuk rasa, mereka mengecam pelaksanaan salat Jumat yang diimami seorang perempuan.
Imam perempuan yang mereka protes adalah Amina Wadud, seorang profesor tamu di jurusan studi Islam, Virginia Commonwealth University, AS yang memelopori salah Jumat dengan imam perempuan di New York tiga tahun yang lalu, yang memicu kontroversi.
Wadud kali ini menjadi imam salat Jumat di Pusat Pendidikan Muslim di Oxford dengan makmum jamaah laki-laki dan perempuan, sehingga menuai protes dari para muslimah. "Apa yang ia (Wadud) lakukan bertentangan dengan Islam. Saya tidak sepakat dengan cara-cara seperti itu," kata Maryanne Ramzy dengan nada marah seperti dikutip situs BBC News.
Sebelum menjadi imam salat Jumat, Wadud juga memberikan khutbah singkat pada para jamaah di aula MEC (Muslim Educational Center) Oxford. Salat Jumat berjamaah dengan imam Amina Wadud ini, menjadi pembuka konferensi Islam dan Feminisme yang digelar di Wolfson College, Oxford.
Para pemuka Muslim di Inggris sebenarnya melarang para Muslimah menggelar aksi protes yang dilakukan di depan gedung aula tempat pelaksanaan konferensi. Aksi protes hanya akan membuat pelaksanaan salat dengan imam perempuan itu mendapat publisitas gratis.
"Kami di sini untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai Islam dan menjaga apa yang telah diajarkan Rasulullah Saw," kata Aishah Samah, muslimah yang ikut dalam aksi protes itu.
Para pemuka Muslim di Inggris mengatakan, masalah perempuan menjadi imam salat tidak ada kaitannya dengan persamaan gender. "Hal itu tidak ada hubungannya dengan posisi kaum perempuan di masyarakat. Ini bukan persoalan untuk merendahkan kaum perempuan," kata Mokhtar Badri, wakil presiden Muslim Association of Britain (MAB) pada BBC.
Pendapat serupa diungkapkan Samah, salah seorang pengunjuk rasa. "Kami tidak keberatan seorang perempuan memimpin negara atau sebuah organisasi. Islam sangat menghormati kaum perempuan, tapi dalam hukum Islam perempuan tidak bisa memimpin salat," ujar Samah. (ln/iol)