Pertemuan utusan khusus lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah negara Jerman di Paris, berakhir Selasa (2/5) malam tanpa menghasilkan kesepakatan apapun. Negara-negara itu hanya menyatakan bahwa dunia internasional harus memberikan respon ‘tegas’ terhadap program nuklir Iran, namun mereka masih berselisih tentang langkah apa yang akan diambil untuk Iran.
Pertemuan antara perwakilan senior dari negara Inggris, Perancis, Cina, Rusia, AS dan Jerman ini merupakan pertemuan yang baru pertama kali dilakukan sejak Badan Energi Atom Internasional menyampaikan laporannya pada Dewan Keamanan PBB Jumat (28/4) bahwa Iran mengabaikan permintaan PBB untuk menghentikan pengayaan uraniumnya.
Pejabat Departemen Luar Negeri AS Nicholas Burns setelah pertemuan itu mengatakan, "Semua setuju program nuklir Iran harus dihentikan dan setuju untuk memulai perdebatan di Dewan Keamanan dan memulai negosiasi agar dikeluarkan resolusi untuk penghentian program nuklir itu."
Meski demikian, Burns mengaku frustasi dengan anggota tetap dewan keamanan PBB lainnya, yaitu Cina dan Rusia yang menentang AS dan sekutunya, Uni Eropa. "Sekaranglah waktunya bagi negara-negara untuk mengambil tanggung jawab, khususnya negara-negara yang sudah menutup hubungan dengan Iran," ujar Burn.
Setelah pertemuan hari Selasa kemarin, rencananya akan digelar pertemuan selanjutnya dalam beberapa hari mendatang. Para menteri luar negeri akan berkumpul di New York Senin pekan depan untuk menggolkan resolusi PBB terhadap Iran agar bisa diterima semua pihak.
Keinginan itu terkait dengan ketakutan AS dengan dukungan Inggris, Perancis dan Jerman terhadap Iran yang diduga sedang membangun persenjataan nuklirnya dan bersembunyi di balik dalih pengembangan energi nuklir. Ketiga negara itu ingin menggunakan pasal 7 dalam kesepakatan PBB yang menyebutkan kemungkinan untuk menjatuhkan sangsi bahkan kekuatan militer untuk membekukan aktivitas pengembangan persenjataan nuklir.
Namun saat ini, dua negara yang menjadi partner dagang utama Iran yaitu Rusia dan Cina, menyerukan agar dilakukan pendekatan yang lebih lunak terhadap Iran.
Duta Besar AS untuk PBB John Bolton pada Selasa kemarin mengatakan, jika resolusi yang keras tidak mempan, negaranya siap membentuk koalisi dengan negara-negara lain untuk memberlakukan sangsi di luar mandat PBB.
"Jika kami menghadapi veto dari salah satu anggota tetap, jika untuk alasan apapun dewan keamanan tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya, maka saya pikir kewajiban itu ada pada kami, dan saya yakin kami akan melakukan tekanan dan meminta negara-negara atau kelompok negara untuk memberlakukan sangsi bagi Iran," kata Bolton dihadapan komite kongres di Washington.
Jean-Bantiste Mattei, juru bicara luara negeri Perancis usai pertemuan di Paris kemarin menyatakan, enam negara yang terlibat dalam pertemuan itu setuju bahwa program nuklir Iran ‘tidak sesuai dengan apa yang diinginakn oleh dunia internasional dan mereka semua prihatin dengan pengembangan nuklir Iran.
Reaksi Iran
Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran Manuchehr Mottaki pada hari yang sama menegaskan kembali tidak ada alasan, ‘tidak akan pernah’ Iran menghentikan aktivitas pengayaan nuklirnya dan ia memperkirakan Rusia dan Cina akan menjegal ancaman sangsi dari AS.
"Ada asumsi yang sangat salah dari sebagian orang bahwa Barat bisa melakukan apapun yang diinginkannya lewat dewan keamanan," kata Mottaki seperti dikutip surat kabar Iran, Kayhan.
Pada saat yang sama, Ketua Organisasi Energi Atom Iran Gholam Reza Aghazadeh menyatakan bahwa Iran dengan sukses sudah melakukan pengayaan uranium ke level pemurnian yang lebih tinggi dibandingkan level sebelumnya.
"Tingkatannya mencapai -4,8 pemurnian-tidak akan ditingkatkan lagi karena level ini untuk membuat energi nuklir," katanya.
Pemurnian lebih dari 90 persen dibutuhkan untuk memproduksi inti untuk membuat bom atom. Para intelejen Barat menilai dalam kurun waktu 7 tahun Iran sudah bisa membuat bom atom. Sementara Iran menegaskan bahwa aktivitas nuklirnya dikhususkan hanya untuk menghasilkan sumber energi. (ln/aljz)