وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 5)
أَفَلَمْ يَرَوْا إِلَىٰ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ إِنْ نَشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ
“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya)”. (Saba: 9)
Kata kisaf berarti serpihan. Allah menjelaskan kepada kita bahwa sebelum turunnya Alquran, setan-setan naik ke langit dan duduk-duduk di sana guna menguping pembicaraan di sana.
Dengan demikian, jika Allah memutuskan sesuatu, lalu para penduduk langit membicarakannya, mereka bisa mencuri dengar kabar yang sedang diperbincangkan itu. Kabar tersebut kemudian mereka beritakan kepada sebagian dukun sehingga para dukun itu menganggap setan-setan lebih hebat darinya dan manusia (baca: Pasien para dukun) yang memercayai si dukun.
Namun, ketika Rasulullah telah diutus dan Alquran hendak diwahyukan, setan-setan itu diusir dari tongkrongan mereka agar mereka tidak bisa menguping sedikitpun kabar yang di bawa Alquran. Jika tidak begitu, mereka bisa mombocorkan isi Alquran kepada para dukun dan persoalan akan menjadi rumit.