“Mahmud…Pergilah, tunaikan haji” ucap seorang ibu. Mahmud, sang anak, bertanya, “bagaimana caranya bu?” Ibunya menjawab, “Kamu punya sepeda. Allah akan menyertaimu…”
Itulah cuplikan dialog singkat yang melatarbelakangi seorang warga Chechnya bernama Dozaner Mahmud Ali (63) pergi ke tanah suci dengan sepeda.
Dialog ini terjadi di dalam mimpi, tapi inilah awal kisah Mahmud menempuh jarak 12 ribu km, dan melewati tak kurang 13 negara hingga akhirnya sampai ke Makkah.
Mahmud yang sudah berumur itu tampaknya tidak peduli dengan panjangnya jarak dan sarana transportasi yang ia miliki, asal sampai ke tanah suci. Cita-citanya hanya satu, mewujudkan mimpinya untuk bisa melihat langsung Ka’bah dan menunaikan rukun Islam yang kelima, berhaji ke Baitullah.
Mahmud tinggal di perkampungan Arus Martn, yang berdekatan dengan ibukota Chechnya, Grozni. Ia membanggakan perjalanan yang ia lakukan sejak 8 November 2006 dan memakan waktu 10 minggu. Ia menuangkan kisah perjalanannya pada sebuah harian Yordania, yang akan ia sampaikan juga kepada para penduduk dan tamu-tamu yang datang ke negaranya.
Menurut Mahmud kepada Kantor Berita Prancis (29/1), persiapan yang ia lakukan adalah dengan bersepeda ke sejumlah kota di Chechnya untuk mengetest jarak jauh yang akan ia tempuh nantinya. Ia juga melakukan reparasi sepedanya sendiri dengan peralatan yang ia bawa. Tidak lupa pula, ia membawa sejumlah serep ban sepeda sebanyak 6 buah dan membeli peta rinci tentang negara-negara yang akan ia lewati.
Mahmud menyebut sepedanya dengan istilah “kuda besi”. Kendaraan itulah yang kemudian membawa Mahmud sampai ke Baitullah. Tentu saja, Mahmud memerlukan visa untuk bisa masuk ke Saudi. Untuk itu ia mendirikan kemah di depan Kantor Kedutaan Besar Saudi di negaranya untuk mengurus visa. Ia mengaku sempat ditolak oleh pengurus visa di Saudi.
“Tapi para karyawan konsulat terkejut dengan apa yang saya ceritakan, mereka mengira apa yang saya lakukan itu mustahil karena saya akan pergi ke Saudi dengan bersepeda, ” ujar Mahmud.
Tidak tanggung-tanggung keseriusan Mahmud untuk tetap berangkat ke tanah suci. Setelah 18 hari ia berkemah di depan kedutaan, akhirnya pihak konsulat Saudi mengizinkannya memiliki visa.
Dipukul Tentara AS di Irak
Singkat cerita, Mahmud akhirnya sampai ke sisi selatan Iran dan memasuki Irak. Di negeri seribu satu malam ini, Mahmud mendapat kesulitan dan ancaman berbahaya. Ia berulangkali mendapat cercaan dan pukulan dari tentara AS. “Aku tidak bisa memperoleh visa untuk masuk Irak. Itulah yang menyebabkan aku ditolak oleh pasukan AS, dengan pukulan dan merusak sepedaku yang kemudian mereka buang di jalanan. Mereka menyebutku dengan istilah “babi Rusia”.
Mahmud terus berupaya menyampaikan bahwa dirinya bukanlah orang Rusia tapi seorang Muslim. “Tentara AS itu lalu mengambil paksa paspor saya dan menggambar tanda salib di sampulnya, ” ujar Mahmud. Karena merasa tak mungkin masuk Irak, Mahmud kembali ke Iran dan mencoba mencari jalan lain melewati Georgia, melewati Armenia dan menuju Turki, Suriah lalu Yordania.
Akhirnya, ia pun menginjakkan kaki di Saudi Arabia untuk menunaikan haji. Mahmud bersyukur pada Allah atas pertolongan-Nya dalam perjalanan. Mahmud telah menempuh jarak 12 ribu kilometer, dari jarak yang seharusnya bisa ditempuh dengan 5 ribu kilometer. Di tanah suci, ia melepaskan keharuan dan kerinduannya kepada Baitullah.
“Aku sungguh-sungguh memohon ampunan kepada Allah swt untuk ibuku, ke luargaku dan meminta kemerdekaan untuk Chechnya…. ”
Kepada orang-orang yang mendatanginya, Mahmud bercerita bahwa keinginan kuatnya untuk pergi naik haji dengan bersepeda adalah karena mimpinya bertemu sang ibu yang memintanya untuk naik haji. Kini, Mahmud telah kembali ke Chechnya dan menghias sepeda bersejarahnya dengan moto pejuang Chechnya untuk merdeka dari Rusia. Allahu Akbar. (na-str/iol)