Kelompok Aliansi Peradaban (Group of the Alliance of Civilizations) menyimpulkan, penyebab munculnya jurang pemisah yang dalam antara Islam dan Barat bukanlah masalah soal agama tapi soal konflik politik, khususnya masalah penindasan Israel yang terus menerus terhadap bangsa Palestina.
"Bukan sejarah di masa lalu atau perbedaan agama yang bertanggungjawab atas ketegangan-ketegangan yang terjadi saat ini antara masyarakat Barat dan umat Islam," demikian kesimpulan laporan yang disampaikan oleh kelompok Aliansi itu. Laporan tersebut dipresentasikan ke PBB pada Senin (13/11).
Dalam laporan itu disebutkan, "Isu Palestina-Israel menjadi simbol utama renggangnya hubungan antara masyarakat Barat dan umat Islam dan tetap menjadi salah satu ancaman yang paling besar bagi stabilitas internasional."
Sekjen PBB Kofi Annan yang menerima laporan itu dalam sebuah acara di Istanbul, Turki mengatakan, "Kita mungkin berharap untuk berpikir bahwa konflik Arab-Israel cuma sebuah konflik regional, tapi ternyata bukan."
"Sepanjang bangsa Palestina hidup dibawa penindasan, mengalami frustrasi dan dilecehkan setiap hari, dan sepanjang orang Israel diledakkan di bis-bis dan ruang-ruang dansa, nafsu akan terus menggelora di mana-mana," kata Annan.
Kelompok Aliansi Peradaban dibentuk pada November 2005 oleh Spanyol dan Turki. Kelompok ini beranggotakan 20 tokoh level dunia, terdiri dari cendikiawan, politisi dan pemuka agama. Di antara tokoh yang menjadi anggota adalah mantan presiden Iran, Muhammad Khatami, mantan Menlu Perancis, Hubert Vedrine, Uskup Afrika Selatan, Desmond Tutu dan Rabi senior dari sinagog Park East, Arthur Schneier.
Sejak tahun lalu, Sekjen PBB Kofi Annan menunjuk kelompok ini untuk melakukan penelitian terhadap hubungan masyarakat Barat dan Islam yang makin terpolarisasi.
Laporan yang dilaporkan ke PBB kemarin, merupakan hasil dari proses panjang penelitian yang dilakukan kelompok tersebut, setelah melakukan tiga kali pertemuan antara lain di Spanyol, Qatar dan Senegal dan sesi pengerjaan di New York.
Standar Ganda
Laporan Aliansi Peradaban juga menyebutkan, standar ganda yang diterapkan dalam kebijakan-kebijakan Barat menjadi penyebab munculnya gap antara masyarakat Barat dan umat Islam.
"Selain itu, persepsi standar ganda dalam pelaksanaan hukum internasional dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia juga meningkatkan rasa kebencian dan perasaan luka di banyak kalangan umat Islam di seluruh dunia," tulis laporan itu.
Contoh yang paling baru adalah ketika AS memveto draft resolusi mengecam kebiadaban Israel di Palestina pada Sabtu (11/11). Veto AS membuat marah umat dunia Islam. Sebelumnya, AS juga berupaya memblokade upaya dunia internasional untuk segera memberlakukan gencatan senjata saat terjadi perang Israel-Hizbullah di Libanon beberapa waktu lalu.
Masalah Invasi
Invasi militer negara-negara Barat ke negara-negara Muslim juga menjadi sorotan dalam laporan yang disampaikan Aliansi Peradaban.
Laporan itu menyebutkan, "Operasi militer Barat di negara-negara Muslim memberikan kontribusi makin meningkatnya iklim ketakutan dan rasa dendam yang menyebar ke seluruh dunia."
Lebih lanjut disebutkan,"Terus bertambahnya angka kematian di Irak dan konflik berkepanjangan di Afghanistan menyebabkan menjamurnya kelompok-kelompok teroris."
Persoalan lainnya yang tak kalah penting adalah tindakan represi kelompok oposisi dan lambatnya reformasi di sejumlah negara Muslim, ditengarai menjadi salah satu penyebab munculnya ekstrimisme.
Kelompok Aliansi Peradaban dalam laporannya menyerukan agar negara-negara bersangkutan memberikan peluang seluas-luasnya bagi partisipasi kelompok-kelompok politik yang memilih jalan damai, baik yang berbasiskan agama maupun sekular.
Di samping itu, negara-negara Barat juga diminta konsisten dalam memberikan dukungannya terhadap pluralisme, misalnya, menghormati hasil pemilu di setiap negara. Tidak seperti yang dilakukan AS selama ini, di mana pemerintahan Bush selama lima tahun belakangan ini mengkampanyekan "demokrasi" di seluruh dunia dan "perang melawan teror." Namun para pakar di AS menilai bahwa AS telah gagal memberikan dukungan terhadap hasil pemilu yang bebas dan demokratis di sejumlah negara Muslim, khususnya ketika yang memenangkan pemilu adalah kalangan Islamis seperti Hamas di Palestina, Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Hizbullah di Libanon.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Gallup di 10 negara yang mayoritas penduduknya Muslim menunjukkan makin menguatnya keraguan di kalangan umat Islam terhadap niat Amerika menegakkan demokrasi di Timur Tengah. Menurut hasil survei itu, mayoritas responden menilai tujuan AS semata-mata hanya minyak, melindungi Israel dan keinginan mendominasi wilayah Timur Tengah.
Rekomendasi
Berdasarkan persoalan-persoalan yang berhasil diidentifikasi, Kelompok Aliansi Peradaban memberikan sejumlah rekomendasi untuk lebih mengedepankan dialog antar budaya. Aliansi itu juga mengusulkan untuk menunjuk seorang perwakilan tinggi untuk membantu Sekjen PBB dalam meredakan ketegangan dalam situasi krisis.
Mereka menyerukan agar dilakukan analisa terhadap konflik Israel-Palestina secara obyektif dan menetapkan kondisi-kondisi yang jelas yang harus dilakukan untuk mencari jalan keluar dari krisis tersebut.
Aliansi Peradaban mendesak untuk melanjutkan proses politik, termasuk menggelar konferensi internasional tentang proses perdamaian Timur Tengah sesegera mungkin.
Rekomendasi lainnya yang diajukan terkait dengan masalah pendidikan, media, kepemudaan dan migrasi yang bisa membangun jembatan dan mengedepankan budaya saling menghormati dan memahami antara masyarakat Barat dan Muslim.
Aliansi peradaban menyerukan peningkatan program-program televisi dan film-film yang diproduksi bersama antar agama dan budaya serta menampilkan adanya perbedaan sebagai hal yang wajar dalam kehidupan masyarakat.
Mereka mendorong pendidikan antar budaya dan hak-hak asasi manusia agar para siswa di manapun berada mampu membangun sebuah pemahaman tentang agama dan budaya di luar agama dan kebudayaannya sendiri. Untuk itu Aliansi Peradaban mengusulkan pembentukan dana bagi kepentingan solidaritas antar pemuda di seluruh dunia atau Global Youth Solidarity Fund agar setiap orang bisa memberikan kontribusinya atas semua rekomendasi yang disampaikan dalam laporan Aliansi Peradaban. (ln/iol)