Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Syed Ali Khamenei mencanangkan Hari Al-Quds Sedunia, hari di mana umat Islam melakukan perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan yang bertujuan menyebarkan benih-benih perpecahan di kalangan umat Islam.
Ali Khamenei menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumatnya (13/10) pekan kemarin di kampus Universitas Tehran. Dihadapan para jamaah sholat Jumat itu ia membeberkan rencana jahat dan kebijakan-kebijakan negara AS serta gerakan Zionisme internasional untuk mengubah wilayah Timur Tengah, menciptakan ketidakstabilan dan menebarkan benih-benih perpecahan di kalangan negara-negara Islam di wilayah itu, seperti di Palestina dan Irak.
Ia mengatakan, Hari al-Quds Sedunia adalah hari perlawanan umat Islam sekaligus untuk mendeklarasikan posisi mereka terhadap penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan kaum Zionis serta para pendukung dan sekutunya. Ia memastikan seluruh umat Islam didunia untuk memperingati hari al-Quds ini.
Pada kesempatan itu, Ali Khamenei juga menyinggung perkembangan terakhir di Timur Tengah, termasuk perang 33 hari pejuang Hizbullah di Libanon melawan Israel. Khamenei menyebut perlawanan Hizbullah sebagai fenomena sejarah yang unik.
"Perang 33 hari di Libanon merupakan fenomena sejarah. Tidak ada preseden di seluruh wilayah ini. Musuh-musuh negara Islam, juga tidak mengharapkan ini terjadi.Hari ini Hizbullah dan pemimpin Hizbullah ada di antara nama-nama yang maling popoler di kalangan dunia Islam," kata Ayatullah Khamenei.
Menurutnya, ini mengindikasikan bahwa dunia Islam menganggap bahwa mereka telah memenangkan perang. Selain itu, kata Khamenei, kegembiraan dan kebahagiaan yang ditunjukkan umat Islam setelah kemenangan para pejuang di Libanon, mengindikasikan adanya fakta bahwa dunia Islam merasa bahwa mereka ikut berperang dalam kemenangan yang bersenjarah itu.
"Tak seorangpun meragukan kemenangan perlawanan Islam di Libanon, sebuah hantaman keras bukan hanya bagi Israel tapi juga bagi AS dan semua pihak yang bersekutu dengannya," sambung Khamenei.
Ia menyatakan, kemenangan pasukan Hizbullah di Libanon adalah pelajaran berharga bagi negara-negara Muslim untuk meyakini bahwa melakukan perlawanan terhadap musuh adalah satu-satunya cara untuk menang, meskipun perlawanan hanya dilakukan oleh kelompok kecil, meskipun musuh yang dihadapi memiliki angkatan bersenjata kuat dan didukung oleh AS.
Ali Khamenei menegaskan, jika sebuah bangsa yang ingin melakukan perlawanan terhadap tirani tidak merasa takut dan tidak terganggu akan hilanganya kenyamanan dan kenikmatan hidup, maka perlawnan itu akan membawa kemenangan.
Ali Khamenei mengungkapkan tentang konspirasi Amerika dan kelompok Zionis yang selama hampir 50 tahun belakangan ini berusaha untuk membangun dan melindungi rejim Zionis dengan memperkuat militer rejim Zionis tersebut. Tapi kenyataannya, militer rejim Zionis itu berhasil dikalahkan oleh kelompok sipil yang memiliki peralatan serba terbatas.
"Itulah sebabnya kaum Zionis dan Amerika berjuang untuk menutupi kegagalan mereka yang memalukan dengan cara menerapkan rencana-rencana jahat mereka di negara-negara sekitarnya," tandas Ali Khamenei.
Ia juga mengingatkan tentang kehadiran pasukan penjaga perdamaian PBB yang berasal dari berbagai negara di Libanon pascaperang Hizbullah-Israel. Ia mengkhawatirkan misi ini akan berubah dan dipaksa untuk melawan Hizbullah.
Begitupula dengan kemungkinan munculnya kembali upaya Barat untuk menciptakan konflik sektarian di kalangan umat Islam dengan memanfaatkan perbedaan aliran dalam agama Islam. Ayatullah Ali Khamenei menuding Inggris dan AS telah membenturkan antara Muslim Sunni dan Syiah.
"Orang-orang Inggris sangat terampil mengadu domba Syiah dan Sunni, dan mereka telah mengajarkan AS untuk memecah belah Sunni dan Syiah. Hari ini, negara-negara di wilayah ini sangat perlu untuk bersatu," imbuhnya. (ln/tehrantimes)