Rejim otokrat Yaman yang sudah menggelepar-gelepar akibat pemberontakan rakyatnya, membuat tuduhan yang bisa membuat dahi berkerenyit. Betapa tidak
Ali Abdullah Saleh menuduh Tel Aviv menciptakan instabilitas di Timur Tengah. "Ada ruang operasi yang menggerakan seluruh kekecauan di seluruh dunia Arab dan Afrika Utara", tuturnya dalam sebuah pidato di Universitas Sana’a.
Ali Abdullah Saleh yang belakangan ini mempunyai hubungan dekat dengan AS, bahkan Ali sesungguhnya menjalankan misi AS, yang ingin menumpas apa yang disebut dengan ancaman Al-Qaidah di Semenjung Arab dengan menggunakan Yaman. "AS menjalankan misi Israel", tambah Ali Abdullah. Tuduhan kepada Israel yang sekarang didengungkan oleh Saleh, sama halnya yang diucapkan Gadhafi, bahwa perang yang dilakukan adalah untuk menumpas Al-Qaidah. "Jika Libaya jatuh, maka yang akan menang adalah Al-Qaidah", ujar Gadhafi.
Seperti halnya Husni Mubarak yang sudah berkuasa selama 32 tahun, selalu membuat musuh bayangan "pseudo enemy" yaitu Ikhwanul Muslimin", di mana kelompok Jama’ah Ikwhan secara terus menerus menjadi kampanye negatif dari Mubarak, dan selama dengan undang-undang "martial law" (hukum darurat militer) itu, Mubaraka menghabisi Ikhwan, meskipun usahanya itu gagal.
Sekarang Ali Abdullah Saleh tampaknya tidak banyak punya pilihan, terutama ketika menghadapi situasi yang sangat sulit, akibat adanya tuntutan oposisi yang terus menuntut pengunduran dirinya yang sudah berkuasa selama hampir 32 tahun, dan sekarang nampaknya Ali menerima proposal mengundurkan diri, ujar seorang pejabat kepresiden. Ali nampaknya menyetujui proposal yang diusulkan para pemimpin oposisi, yang menginginkan pengunduran dirinnya segera mungkin. Persetujuan dengan pihak oposisi itu, belum secara eksplisit kapan waktunya, Ali Abdullah akan meninggalkan Sana’a.
Ali Abdullah Saleh tidak mungkin lagi dapat mempertahankan kekuasaannya, di mana tuntutan pengunduran dirinya semakin kuat dari kalangan oposisi, yang semakin meluas di selulruh negeri. Gerakan oposisi ini juga diikuti pembelotan sejumlah jenderal yang mempunyai posisi sangat stragetis dalam herarki militer, serta sejumlah menteri dan diplomat Yaman, yang membelot mendukung gerakan oposisi.
Apalagi sesudah terjadi penembakan yang dilakukan pasukan keamanan terhadap oposisi yang menewaskan lebih 50 orang yang tewas pada Juma’at lalu, mendorong para pendukung dan kepala suku di Yaman berubah sikap dan berbalik mendukung opsosi.
Saleh, 68, tidak akan memerlukan wakut lama untuk membuat tawar-menawar dengan oposisi. Ali "tidak memiliki banyak pilihan," kata Gregory Johnsen, seorang analis Yaman di Princeton University. "Masalahnya adalah bahwa ia yakin ia masih dapat bertindak dan negosiasi dari posisi yang kuat. Padahal sebenarnya situasi Yaman telah berubah secara mendasar, dan Ali Abdullah Saleh sudah tidak lagi landasan kekuasaan yang kokoh". (mh/tm)