Aksi besar-besaran yang dilakukan oposisi yan g berlangsung hari Jum’at di Sana’a, dan meminta Presiden Ali Abdullah Saleh segera mengundurkan diri dari kekuasaannya.Sementara Saleh menyerukan kepada oposisi untuk melakukan perundingan bagi penyelesaian kemelut politik di negeri itu.
"Kami mengajak oposisi untuk berunding dengan menggunakan hati nurani mereka dan datang ke perundingan untuk mencapai kesepakatan demi keamanan dan stabilitas negara," kata Saleh.
Saleh memanfaatkan penolakan oposisi terhadap tawaran negara-negara Teluk (GCC) untuk perundingan yang akan dilangsungkan di Riyadh bagi pengalihan kekuasaan di negara semenanjung Arab. Kelompok oposisi menolak perundingan itu, karena mereka melihat ini hanyalah trik untuk menjaga melanggengkan kekuasaan Saleh sampai dengan akhir masa jabatannya tahun 2013.
Saleh menyampaikan ajakannya itu ditengah-tengah aksi unjuk rasa ratusan ribu rakyatnya di ibukota Sanaa, Aden dan Taiz, yang menuntut pengunduran dirinya. Sementara itu, sejumlah kelompok suku menyerang sebuah pembangkit tenaga listrik, dan ditambah para ulama dan para pemimpin suku yang menjadi sekutunya sekutunya mengeluarkan pernyataan yang meminta segera Ali Abdullah Saleh segera pergi dari kekuasaannya.
"Ini hanya beberapa hari sebelum rezim ini berakhir. Revolusi ini tidak dapat dikalahkan. Tujuan kami untuk menurunkan kekuasaan keluarga yang korup.," kata khotib Abubakr Obaidn di depan ribuan jamaah dekat Sanaa University, di mana para demonstran telah berkemah sejak awal Februari.
Para aktivis membagikan selebaran yang menyerukan orang untuk berhenti membayar pajak, listrik dan tagihan lainnya kepada pemerintah dalam kampanye pembangkangan sipil untuk memaksa keluar Saleh. Pemogokan di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah mulai di kota selatan Aden pekan lalu.
Pasokan listrik terpukul akibat pemogokan oleh aksi rakyatnya terutama di kota-kota besar, termasuk Sanaa, Taiz, Hudaida.
Tujuh pengunjuk rasa terluka dalam Taiz, ketika pendukung Saleh menembaki puluhan ribuan orang yang turun ke jalan setelah shalat Jumat, kata saksi mata.
Ulama dan kepala suku menyerukan dalam pernyataan mereka untuk " kerabat (keluarga) semuanya mereka berhenti dari aparat militer dan keamanan negara".
Sumber-sumber diplomatik mengatakan pembicaraan dalam beberapa pekan terakhir bagi penyelesaian krisis telah macet, karena Saleh menolak mengundurkan diri dari kekuasaannya.
Pernyataan dari para ulama dan kepala suku "menyatakan penolakan mereka memberikan jaminan apapun terhadap Saleh dan keluarganya".
Setidaknya 116 orang tewas dalam aksi protes yang memaksa keamanan telah menyerang dengan api hidup dan gas air mata.
Dalam pidato singkat kepada pendukungnya, Saleh menyebut oposisi sebagai pembohong dan "bandit" yang memblokir jalan-jalan. "Oposisi ini adalah bandit dan telah melakukan sabotase. Mereka menolak dialog karena mereka ingin mengambil kekuasaan dengan kudeta tidak dengan cara pemilihan," kata Saleh
Koalisi oposisi, yang gabungan dari berbagai kekuatan politik termasuk partai Islam Islah, mengatakan pada hari Kamis Saleh ingin meninggalkan kantor dalam waktu dua minggu.
"Kami telah meningkatkan tekanan untuk mempercepat (Saleh) turun dari jabatannya selama dua minggu ini. Oleh karena itu, kami tidak akan pergi ke Riyadh," kata Mohammed al-Mutawakkil, seorang pemimpin oposisi terkemuka.
Saleh telah memperingatkan akan pecah perang saudara Yaman jika ia dipaksa untuk mengundurkan diri dari kekuasaannya sebelum pemilihan parlemen dan presiden sampai tahun depan. (mh/tm)