Al-Quranul Karim menjadi produk penerbitan yang sangat laris di Denmark. Masyarakat Denmark kian hari kian menunjukkan perhatian tinggi untuk lebih mengetahui dan mempelajari Islam dan Al-Quran. Dalam lima bulan terakhir, telah terjual tak kurang lima ribu eksemplar mushaf Al-Quran dan terjemahannya yang berbahasa Denmark.
Al-Quran terjemahan berbahasa Denmark menempati posisi kedua dari penerbitan yang paling laris terjual. Al-Quran terjemahan berbahasa Denmark pertama kali diproduksi oleh Abdullah Madson, seorang Muslim asli Denmark, pada tahun 1967.
Sementara itu pakar Islam Denmark Yozegn Simusnsn mengatakan, perhatian masyarakat Denmark terhadap Al-Quranul Karim punya kaitan dengan munculnya gambar kartun Denmark tentang Rasulullah saw yang memicu protes keras dari kaum Muslimin. Kaum Muslimin menganggap gambar kartun tentang Rasulullah saw menghina simbol agama Islam yang prinsipil. “Ketika itu, seluruh media massa baik media cetak, elektronik seperti tv maupun radio, yang memberitakan kartun yang melecehkan Rasulullah saw, mau tidak mau menyebut kata-kata “Islam dan Umat Islam”. Inilah yang justru mendorong banyak orang untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Islam dan Al-Quranul Karim.”
Kasus kartun pelecehan Rasulullah muncul di bulan Sebtember 2005, saat harian Jylland Posten mencetak 12 gambar kartun tentang Rasulullah saw. Gambar itu lalu ikut disebarluaskan oleh sejumlah media massa Barat dengan dalih kebebasan berkreasi dan menyampaikan pandangan serta solidaritas terhadap harian Denmark yang mendapat kritikan keras dari dunia Islam.
Satu tahun setelah itu, pelecehan atas Rasulullah saw muncul lagi di Televisi Pemerintah Denmark yang menampilkan acara perlombaan pembuatan kartun Nabi Muhammad SAW, 6 Oktober lalu. Stasiun TV tersebut menayangkan rekaman video amatir yang memperlihatkan anggota muda partai anti-imigran, Partai Rakyat Denmark (DPP), dalam lomba membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW. Tayangan yang direkam oleh artis Martin Rosengaard Knudsen-yang tampil sebagai anggota partai selama beberapa bulan untuk merekam sikap anggota muda itu-memperlihatkan sejumlah orang sedang minum, bernyanyi dan menggambar kartun yang mengolok-olok Nabi Muhammad SAW.
Di Denmark jumlah muslim menempati posisi kedua setelah penganut Kristen Protestan Lutherian. Jumlah muslim diperkirakan mencapai 200 ribu dari 5,3 juta penduduk Denmark atau hampir 4 persen dari total populasi penduduk Denmark. Pasca kasus karikatur Nabi Muhammad, ada perkembangan menarik tentang Islam di Denmark. Otoritas Denmark membuat sebuah kebijakan yang penting bagi perkembangan umat Islam di sana. Departemen Pendidikan menyetujui program pemberian pelajaran agama Islam, khususnya al-Qur’an, pada tahun ajaran 2004/2005 di sekolah-sekolah menengah pertama yang ada di negara itu. Dengan begitu, Denmark merupakan negara kedua di kawasan Skandinavia yang menerapkan pelajaran al-Qur’an di sekolah negeri. Negara Skandinavia pertama yang menerapkan itu adalah Swedia, tetangga Denmark.
Ulla Toernaes, jubir Departemen Pendidikan Denmark, berharap agar pelajaran al-Qur’an tersebut dapat membantu masyarakat Denmark untuk mengenal Islam lebih dekat. “Apalagi semakin banyak kalangan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang agama ini,” tegasnya.
Rata-rata warga Denmark tidak memiliki kepedulian terhadap urusan agama. Hal ini merupakan ekses paham teologis Lutherian yang memahami inti agama bukan pada ritual-ritual, tapi lebih sosial. Di Denmark, pendeta tidak laku. Peran mereka digantikan oleh para psikiater dan dokter. Hal ini juga berimplikasi pada ketidakacuhan mereka terhadap agama Islam. Bahkan, mereka justeru memahami Islam sebagai agama buruk karena pengaruh stereotipe miring yang dicapkan Barat terhadap Islam. (na-str/iol)