Polisi anti hura-hara melakukan serangan terhadap aktivis demonsntran yang melakukan aksi hari Jum’at lalu, dan mereka menggunakan gas air mata dan tongkat untuk membubarkan protes di pusat kota Tunis.Sekitar 200 orang, terutama pemuda, mereka mengecam pemerintah transisi dan menyerukan "Sebuah revolusi baru".
Sebuah mobil lapis baja ringan digunakan oleh pasukan militer Tunisia untuk melakukan operasi pada Habib Bourguiba Avenue pusat.
Polisi anti huru-hara menendang, memukuli dengan tongkat para demonstran, dan sejumlah aktivis lainnya, lari tunggang langgang menghadapi kebengisan polisi. Polisi melakukan aksi brutal, dan bahkan menggunakan laras senjata untuk memukuli para demonstran.
Para aktivis itu meneriakkan "Revolusi Baru", yang akan digalang para pemuda, dan mereka tidak puas dengan pemerintahan transisi, yang masih bergaya seperti zaman pemrerintahan Ben Ali.
Menteri Dalam Negeri Tunisia, Rajhi, dipecat setelah terjadi huru-hara dan pembrontakan oleh para aktivis yang mengecam pemerintah, dan tidak puas dengan kebijakan yang mereka amabil.
Kementerian dalam negeri Tunisia mengeluarkan pernyataan pada hari Jumat meminta maaf kepada "wartawan dan warga negara tanpa sengaja diserang" dan mengatakan sedang membuka sebuah penyelidikan yang telah bertanggung jawab.
Demonstrasi di kedua Kamis dan Jumat dipanggil oleh pendukung Rajhi.
Wartawan yang selama 23 tahun menderita akibat sensor, pengawasan, ancaman, interogasi dan tekanan lainnya oleh rezim Ben Ali, berharap agar kebebasan pers sejati berikut keberangkatan setelah protes massa. Tetapi, sekarang situasi itu berulang lagi. Adanya tekanan yang hebat terhadap para wartawan dan pers.
"Kami sangat marah," kata kepala serikat wartawan Tunisia ‘, Neji Bgoughi, kantor berita AFP. "Kami mencapai ini revolusi untuk memiliki kebebasan berekspresi, seolah-olah rezim lama masih di tempat."
Pada hari Kamis fotografer Associated Press Dridi Hassan mengatakan polisi telah menendang dan meninjunya, setelah ia mencoba untuk memotret tindakan polisi terhadap demonstran yang kejam.
Dan pada hari Jumat Fathi Belaid, seorang fotografer AFP, mengatakan ia diserang oleh empat polisi di tangga surat kabar La Presse.
"Mereka menyita dua kamera dan komputer portabel dan memukul saya di kepala dengan jeruji besi," tambahnya.
Fotografer lain, Mohamed El-Hammi dari badan EPA, mengatakan polisi telah memukul dia dan dibawa kameranya.
"Aku tidak bisa bergerak kembali saya lagi sakit begitu banyak," katanya sebelum pergi untuk pengobatan.
Jurnalis dari Al Jazeera, kantor berita Reuters, El Arab-bahasa-Sahafa dan Tunisia surat kabar La Presse juga di antara mereka diserang, serikat kata.
Media yang berbasis di Paris dan kelompok hak asasi manusia mengatakan, tindakan kekerasan itu mengingatkan pemerintah Ben Ali dan meminta pemerintah transisi untuk mengendalikan pasukan keamanan. (mh/aljz)