Aksi-aksi unjuk rasa di berbagai belahan dunia mulai bermunculan memprotes blokade ekonomi dan operasi militer yang dilakukan rejim Zionis terhadap warga Ghaza. Sementara Liga Arab masih membisu, termasuk negara-negara Barat yang selama ini getol mendamaikan Palestina-Israel.
Mulai dari Beirut sampai Stockholm, lautan manusia menggelar aksi protes terhadap tindakan rejim Zionis Israel yang mereka sebut sengaja membiarkan warga Ghaza "mati perlahan-lahan." Mereka mengusung spanduk-spanduk yang berisi tuntutan agar rejim Zionis Israel menghentikan kekejaman dan blokade ekonomi di Jalur Ghaza.
"Hentikan Pengepungan di Ghaza", "Hentikan Kejahatan terhadap Rakyat Palestina", demikian tulisan yang tertera dalam spanduk-spanduk dibawa oleh para pengunjuk rasa di sejumlah kota di Libanon.
Di Yordania, ratusan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan dalam aksi protes yang digagas Islamic Action Front (IAF). "Kami mengirimkan pesan pada pemerintah Yordania, bahwa kami tidak akan membiarkan saudara dan saudari kami di Ghaza menderita, " tukas Thamer Al-Assaf, salah seorang pimpinan IAF.
Para pengunjuk rasa di Yordania mendesak pemerintah untuk menutup kedutaan besar Israel di Amman dan memutus hubungan diplomatik dengan Israel dan AS. "Apakah kita hanya duduk saja menonton saudara-saudara kita di Ghaza dibantai setiap hari?" ujar Sekretaris Jenderal persatuan organisasi kampus, Ismail Mujahid.
Aksi unjuk rasa mengecam kebiadaban Israel juga terjadi di ibukota Swedia, Stockholm. Sejumlah anggota parlemen, politisi dan pemuka agama Kristen berkumpul di lapangan Slottsbacken. Mereka meneriakan slogan-slogan yang meminta Israel segera mengakhiri blokadenya terhadap rakyat Palestina. "Cabut Blokade", "Bongkar Pemukiman", "Hancurkan Tembok Pemisah", "Stop Kejahatan terhadap Rakyat Palestina, " itulah slogan-slogan yang diteriakkan para pengunjuk rasa di Stockholm.
Para pengunjuk rasa mulai dari Libanon sampai Swedia juga mengecam negara-negara Arab yang dianggap gagal untuk menyerukan langkah konkrit guna mendukung perjuangan rakyat Palestina. Di Mauritania, ribuan mahasiswa mendesak pemerintahan negara-negara Arab untuk bangkit dan mendesak pemerintah Mauritania memutus hubungan dengan Israel.
Di Mesir, anggota parlemen dan masyakarat di utara kota Alexandria juga mendesak negara-negara Arab segera mengambil langkah untuk menghentikan agresi Israel di Ghaza. Persatuan dokter-dokter Arab di Kairo meminta negara-negara Arab dan Islam untuk menggalang dana buat warga Ghaza.
"Blokade Israel jelas menjadi kematian perlahan-lahan bagi warga Ghaza. Persatuan Dokter Arab sudah meminta kementerian luar negeri Mesir untuk mengirimkan delegasi yang terdiri dari 30 dokter ke Jalur Ghaza untuk meringankan penderitaan warga Ghaza, " kata mereka.
Sumber-sumber di organisasi dokter itu menyebutkan bahwa kementerian luar negeri Mesir sudah menyetujui permintaan tersebut dan akan mengirimkan bantuan medis melalui perbatasan Rafah. Untuk itu, Mesir akan membuka perbatasan Rafah pada hari ini, Selasa (22/1)
Sementara itu, para pejabat Liga Arab berkumpul di Kairo, menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi di Ghaza. Iran menyerukan menteri-menteri luar negeri negara Islam untuk menggelar pertemuan yang sama.(ln/iol)