Aksi Massa Pendukung Hizbullah Lumpuhkan Ibukota Lebanon

Aksi massa para pendukung Hizbullah melumpuhkan ibukota Lebanon, Beirut. Para pengunjuk rasa membuat barikade, membakar ban-ban mobil dan sejumlah kendaraan di jalan yang menuju ke arah bandara internasional Beirut, menyebabkan 32 jadwal penerbangan dari dan ke Libanon ditunda.

Pendukung Hizbullah juga memblokade jalan-jalan utama ke arah pusat bisnis di ibukota. Situasi kota Beirut hari ini, Rabu (7/5) mirip dengan situasi aksi masa anti-pemerintah tahun 2007 lalu yang memicu kerusuhan terburuk di dalam negeri Libanon sejak perang sipil tahun 1975-1990.

Aksi massa dipicu oleh krisi ekonomi yang melanda Libanon. Kenaikan harga bahan bakar, makanan dan barang-barang kebutuhan masyarakat, mendorong persatuan buruh di negeri itu menyerukan aksi mogok kerja dan menuntut kenaikan upah. Kelompok Hizbullah yang menjadi kelompok oposisi terkuat di Libanon, mendukung seruan tersebut.

Libanon mengerahkan pasukannya untuk mengantisipasi aksi mogok yang digelar hari ini dan berubah menjadi aksi kerusuhan itu.

Keterlibatan para pendukung Hizbullah dalam aksi massa tersebut, juga dipicu oleh keputusan otoritas pemerintahan Libanon untuk membentuk tim penyelidikan atas jaringan telekomunikasi yang dibangun Hizbullah. Hizbullah dituding telah melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan negara Libanon karena telah membangun jaringan tersebut dan memasang kamera pemantau di bandara Beirut.

Menyusul kasus tersebut, pemerintah Libanon mencopot kepala keamanan bandara Beirut, dan tindakan itu mendapat dukungan dari AS dan sejumlah negara Arab termasuk Arab Saudi.

Hizbullah mengatakan, jaringan telekomunikasi yang mereka buat adalah bagian dari upaya pengamanan dan telah memainkan peranan penting dalam perang mereka melawan Israel tahun 2006 lalu. Namun pemerintahan Libanon yang didukung AS tetap bersikeras agar jaringan telekomunikasi itu dihentikan operasinya. (ln/al-arby)