Aksi massa besar-besaran akan melanda Indonesia dan Inggris hari ini. Di Indonesia aksi massa dilakukan untuk memprotes kunjungan Presiden AS, George W. Bush, di Inggris, tepatnya di kota London, aksi massa digelar untuk memprotes penodaan dan perlakuan tidak adil terhadap warga Muslim di negeri itu.
Aksi massa yang akan digelar di kota London hari ini, Senin (20/11) digalang oleh organisasi-organisasi anti-rasisme dan akan dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat Inggris. Mereka akan menyerukan agar pemerintah menghormati kebebasan beragama dan berpikir.
"Tujuannya adalah untuk membangun sebuah kampanye nasional untuk membela kebebasan beragama dan budaya, dan untuk memerangi munculnya Islamofobia," kata British Muslim Initiative (BMI), organisasi yang mengkordinir aksi massa itu dalam keterangan persnya yang dikirim melalui email ke media massa. BMI adalah organisasi pembela hak asasi bagi warga Muslim di Inggris, yang didirikan pada bulan Februari 2006.
Aksi massa itu akan mengusung tema "Hentikan Serangan terhadap Warga Muslim" dan akan diisi dengan orasi tokoh-tokoh politik dan perwakilan dari agama-agama di Inggris. Di antara tokoh-tokoh itu adalah Walikota London, Ken Livingstone, Sekjen Muslim Council of Britain, Muhammad Abdul Bari dan cendikiawan Muslim Tariq Ramadan.
BMI menyatakan, warga Inggris saat ini sedang menghadapi kampanye sistimatis melalui media dan sejumlah politikus dari British National Party (BNP), yang sengaja menyebarkan benih-benih kebencian terhadap warga Muslim.
"Semua itu mencapai puncaknya dengan melakukan serangan secara fisik, pelecehan terhadap kaum perempuan dan meledakkan bom," demikian pernyataan BMI.
Kampanye kebencian terhadap warga Muslim, menurut BMI, telah mendorong munculnya serangan terhadap kekebasan beragama dan kebebasan sipil, termasuk munculnya upaya menindas semua pemeluk agama yang mengenakan pakain sesuai keyakinan agama mereka. Bukan hanya pemeluk agama Islam tapi juga Kristen, Yahudi, Sikh dan pemeluk keyakinan lainnya.
Surat kabar Inggris, Independent terbitan Sabtu (14/11) lalu menulis, serangan secara verbal maupun fisik terhadap warga Muslim di Inggris meningkat sejak mantan menteri luar negeri Inggris, Jack Straw menyerukan agar para Muslimah yang mengenakan cadar, melepas cadarnya.
Walikota Inggris, Ken Livingstone mengakui adanya perlakuan tidak adil terhadap warga minoriras Muslim di negerinya. Ia bahkan menyatakan perlakuan tidak adil itu sama buruknya dengan yang pernah dialami oleh bangsa Yahudi pada akhir abad ke-19.
"Serangan terhadap warga Muslim pada kenyataannya telah mengancam kebebasan kita semua yang selama beratus-ratus tahun mempertahankan kebebasan mengungkapkan pendapat dan kebebasan mengekspresikan kebudayaan," kata Livingstone.
Dia mengajak semua pihak untuk melawan segala bentuk prasangka buruk dan menekankan bahwa semua komunitas yang berasal dari beragam latar belakang etnis dan budaya selayaknya hidup berdampingan dengan semangat saling menghormati dan toleransi.
"Standar kehidupan bagi setiap warga London tergantung pada kemampuan kota ini untuk menerima kelompok-kelompok dan semua orang dari seluruh dunia. Setiap orang yang menghargai hak untuk mengikuti ajaran agama yang dipilihnya atau tidak, hari ini, harus hidup berdampingan dengan komunitas Muslim," tegasnya. (ln/iol)