Akibat Perang di Irak, Masyarakat Australia Merasa Makin Tak Aman

Get Up, kelompok oposisi di Australia baru-baru ini menggelar sebuah survei tentang dampak dari keterlibatan Negara Kanguru itu dalam invasi ke Irak bersama sekutunya, Amerika Serikat.

Hasil survei yang dilakukan oleh lembaga Newspoll menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kalangan masyarakat Australia meyakini, bahwa negara mereka menjadi kurang aman akibat keikutsertaan Australia dalam invasi ke Negeri 1001 Malam.

Dalam hasil survey yang dirilis Selasa (24/7) disebutkan, hanya enam persen responden yang merasa negaranya masih aman. Selebihnya menyatakan, dukungan Perdana Menteri John Howard pada kebijakan luar negeri Presiden AS George W. Bush, menyebabkan Australia menghadapi resiko keamanan yang lebih besar.

Survei yang melibatkan 1. 205 responden itu menunjukkan bahwa 51 persen responden merasa tidak aman lagi, 39 persen responden merasa situasi keamanan tidak mengalami perubahan meski Australia terlibat dalam perang di Irak, 6 persen responden merasa tetap aman dan 4 persen responden menyatakan tidak punya pendapat.

"Kami layak mengetahui rencana ke depan terkait masalah Irak, rencana yang bisa membat rakyat Australia tetap aman. Kita juga layak tahu rencana apa yang akan dilakukan untuk membuat kehidupan rakyat Irak lebih baik, bukan menjadi lebih buruk, " kata Direktur Eksekutif GetUp Breet Solomon.

"Lebih dari itu semua, kami layak membuat rencana kita sendiri, yang masuk akal dan bukan membuat komitmen buta dengan George W. Bush dan kebijakannya yang gagal, " tandas Solomon.

Seperti diketahui, Australia mengirimkan sekitar 1. 575 pasukannya untuk membantu pasukan koalisi pimpinan AS dalam invasi ke Irak. Hasil polling di Australia ini, hampir serupa dengan hasil polling yang dilakukan di AS, bahwa invasi AS ke Irak justru memicu ancaman terorisme ke Negeri Paman Sam itu. (ln/presstv)