Perusahaan Denmark-Swedia Arla Food, untuk kedua kalinya mengalami kerugian besar akibat boikot yang dilakukan oleh masyarakat Timur Tengah. Boikot dilakukan sebagai bentuk protes atas dimuatnya kembali kartun-kartun Nabi Muhammad Saw oleh 17 harian Denmark pada bulan Februari lalu.
Juru bicara Arla Food, Theis Broegger mengatakan, sejak boikot dilakukan, omset mereka di kawasan Timur Tengah sudah menurun sampai setengahnya. Jika kecenderungan penurunan omset itu terus berlanjut selama satu tahun penuh, Arla Food kemungkinan akan mengalami kerugian 1, 3 milyar kroner atau sekitar 274 juta dollar.
Pada kasus kartun Rasulullah pertama tahun 2006 lalu, aksi boikot di Timur Tengah juga menyebabkan Arla Food mengalami kerugian sebesar 450 juta kroner. Produk-produk Arla Food yang mendominasi pasaran Timur Tengah antara lain produk keju, susu dan mentega, sehingga sangat mudah bagi masyarakat Timur Tengah untuk tidak membeli produk-produk tersebut.
"Kami berada di garis depan di Timur Tengah, di mana konsumen bisa memilih untuk tidak membelinya. Hal ini menyebabkan kami berada di posisi yang sangat riskan, " kata Broegger.
"Pada tahun 2006, penjualan kami benar-benar terhenti. Kali ini agak berbeda, kami tetap melakukan penjualan, tapi tetap ada dampak yang serius buat kita, " sambungnya.
Pasar terbesar produk Arla Food di Timur Tengah adalah Arab Saudi dan di negara inilah, penjualan Arla Food paling besar mengalami hantaman akibat boikot.
Kantor berita Denmark, Ritzau melaporkan, selain Arla Food, perusahaan Denmark lainnya yang juga mengalami kerugian akibat boikot adalah produsen makanan Saedager. Menurut Niel Bruun-kepala kelompok perusahaan tersebut-penjualan mereka di kawasan Timur Tengah saat ini mengalami stagnansi. Ketika boikot terjadi pada tahun 2006 lalu, omset penjualan Saedager bahkan menurun sampai 70 persen. (ln/al-arby)