eramuslim.com – Pendeta Jane Buckley-Farlee baru-baru ini sedang berjalan melewati gerejanya di lingkungan Cedar-Riverside di Minneapolis ketika lantunan azan tiba-tiba terdengar.
“Saya mendengar musik ini yang terdengar sangat indah,” ujarnya kepada Al Jazeera, dikutip Rabu (6/7).
Awalnya dia tidak tahu kumandang apa yang sedang didengarnya. Tapi setelah beberapa saat, dia menyadari itu azan, panggilan salat bagi Muslim.
“Ia menggema di antara gedung-gedung, tapi masih agak sulit terdengar karena lalu lintas,” lanjutnya.
“Tapi itu membuatku tersenyum. Saya berhenti dan mendengar dan hanya tersenyum. Saya pasti terlihat konyol, tapi itu sangat merdu dan indah.”
Minneapolis baru-baru ini menjadi kota besar pertama di Amerika Serikat (AS) yang mengizinkan azan dikumandangkan sepanjang tahun setelah dewan kota mengesahkan sebuah resolusi pada Maret. Sekarang, kota berpenduduk ribuan Muslim itu, banyak yang imigran Somalia, bisa mendengar kumandang azan di kota mereka setiap hari, tidak hanya saat bulan suci Ramadan.
Jamal Osman, anggota dewan kota yang mengusulkan resolusi tersebut, mengatakan merupakan kehormatan luar biasa azan bisa dikumandangkan di Minneapolis.
Masjid Dar Al-Hijrah di lingkungan Cedar-Riverside, rumah bagi para imigran Somalia dan negara Afrika Timur lainnya, mengumandangkan azan setiap Ramadan sejak 2020 lalu. Masjid lainnya saat ini bersiap untuk mengumandangkan azan setiap hari sepanjang tahun.
Azan di Islamic Center Abubakar as-Saddique dekat pusat kota akan mulai dikumandangkan sebelum akhir September, seperti disampaikan direktur eksekutif Abdullahi Farah.
“Kami ingin menghormati dan mendengar masukan sebelum kami melakukannya,” kata Farah kepada Al Jazeera, menambahkan akan melakukan konsultasi publik dalam beberapa pekan ke depan.
Farah mengatakan, azan Subuh dan Isya rencananya tidak akan menggunakan pengeras suara. Sedangkan azan untuk tiga waktu salat lainnya akan menggunakan pengeras suara yang volumenya sama dengan lonceng gereja, bisa terdengar tapi tidak mengganggu lingkungan sekitar.
“Ini kesempatan luar biasa kami kami untuk mendekati tetangga-tetangga kami dan komunitas yang lebih luas, tapi yang pertama dan utama ini adlaah kesempatan bagi kita sebagai Muslim. Ini mengingatkan kami akan kampung halaman,” jelas Imam Mowlid Ali kepada Al Jazeera.
“Ini mengingatkan kami bahwa kami dianggap di sini. Mengingatkan kami bahwa kami tidak menyembunyikan keyakinan kami. Ini meningkatkan kepercayaan diri kami dan juga rasa memiliki terhadap komunitas ini.”
Ali menambahkan, dengan diizinkannya azan dikumandangkan, akan membuat penduduk lainnya dari berbagai agama dan latar belakang mengetahui “lagu indah ini dan artinya.”
“Ini cara mengajak orang datang ke masjid, karena ada ayat di Alquran yang mengatakan ‘datanglah untuk salat, raih keberhasilan,'” imbuhnya.
“Jadi ini sebuah undangan bagi para tetangga dan masyarakat untuk datang ke masjid dan mengenal komunitas Muslim.”