Akhir Dari Kristen Amerika

Hanya sebuah detil kecil, yaitu sebuah komparasi dalam paragraf ke-17 dari 24, yang diambil dari Survey Identifikasi Religius Amerika. Tapi untuk R. Albert Mohley Jr.—pimpinan Seminari Theologi Baptis Selatan, salah satu seminari terbesar di dunia—angka ini sangat membuatnya gundah. Dia merasa dihukum atas hasil yang disodorkan oleh survey itu. Sebagai seorang yang kristian taat seperti Mohler, hal itu memberikan masalah jelas tentang Amerika: jumlah orang Amerika yang tak percaya kepada agama meningkat sejak tahun 1990, dari 8 ke 15%. Mohler percaya, bahwa fondasi agama dari orang Amerika sebenarnya sudah tiada lagi.

"Hal ini membuat saya terpukul," Mohler berkomentar, "Bortwest adalah basis religius Amerika. Data tentang New England membuat saya gelisah." Tidak heran, beberapa saat kemudian, Mohler menulis sebuah kolom terhadap hasil survey itu. "Sebuah budaya telah masuk dalam kehidupan kita," tulisnya, "Amerika telah berganti, bahwa ada sebuah kecenderungan post-Kristen yang besar dalam masyarakat Amerika." Mohler menggarisbawahi post-Kristen, sebuah term lama dengan urgensi baru. Post-Kristen adalah sebuah paham yang menyatakan bahwa Tuhan Kristen telah mati, dan mempunyai sedikit kekuasaan pada politik dan budaya Amerika. Jelasnya, umat Kristen semakin habis karena meninggalkan kepercayaannya itu.

Berdasarkan Survey Idnetifikasi Religi Amerika, pemeluk agama Kristen berkurang 10 persent sejak tahun 1990, dari 86 ke 76%. Populasi Yahudi di Amerika mencapai 1,2%; dan Muslim 0;6, sedangkan mereka yang tak lagi mempunyai afiliasi terhadap agama manapun meningkat menjadi 16%, dari 5% pada tahun 1988 menjadi 12% tahun 2008. Sedangkan kaum atheis dan agnostik meningkat sekitar empat kali lipat, dari 1 juta pada tahun 1990 menjadi 3,6 juta pada tahun 2009 ini. Mohler menegaskan bahwa adalah suatu kenyataan yang harus diakui bahwa pengaruh Kristen atau gereja terhadap kebudayaan dan politik di negeri Paman Sam sudah jauh berkurang dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini.

Namun, di balik persentase Kristen yang makin menurun, akhir umat Kristen di AS adalah sesuatu yang dilebih-lebihkan. Berkurangnya umat kristen tidak lantas menjadikan AS sebagai negara post-Kristen. Pada zaman George Bush berkuasa, orang tetap berpikiran bahwa AS adalah sebuah Negara Kristen. Selama Bush dan Bill Clinton memimpin AS, angka populasi umat Kristen tak pernah turun dari 58%. Banyak kalangan Kristen percaya, bahwa mereka telah kalah dalam isu aborsi, dan pernikahan sesama jenis, sehingga inilah yang menyebabkan AS berpeluang menjadi negara post-Kristen. (sa/nw)