Pembunuhan oposisi sayap kiri , Mohammad al-Brahimi berdampak tekanan pada kabinet Ennahda Tunisia , tekanan oposisi meningkat untuk membuat Musim Semi Arab kedua yang menginginkan pemerintahan Islam jatuh.
Ennahda dan keputusannya berkoalisi dengan partai sekuler Kongres untuk Republik (CPR) dan Ettakatol – berhasil meredakan badai sebelumnya yang dipicu oleh pembunuhan pemimpin oposisi sekular Chokri Belaid pada Feb 6, 2013.
Setelah pembunuhan Belaid itu, mantan Perdana Menteri Hamadi Jebali mengundurkan diri dan pemerintahan membentuk kabinet baru dengan cepat. Langkah ini ditambah dengan jaminan untuk memulihkan militan Islam agar tenang, meskipun hanya untuk waktu yang singkat.
Namun masalah ekonomi yang berkelanjutan dan penggulingan kekuasaan Ikhwanul Muslimin di Mesir mempengaruhi situasi politik di Tunisia. Dan pembunuhan Brahimi pada Kamis lalu menghidupkan kembali momentum demonstrasi sekuler terhadap Ennahda.
Pada hari Jumat, pemogokan umum membawa Negara tersebut macet. Partai partai sekuler membentuk Front Keselamatan Nasional, mendesak pembangkangan sipil dan mengorganisir aksi demonstrasi di luar parlemen, yang mereka tuntut adalah pembubaran pemerintah.
“Pembunuhan Mohammad al-Brahimi diciptakan pihak sekuler untuk gempa politik,” kata Alaya Allani, seorang analis politik Tunisia.
Allani mengatakan partai Ennahda Islam, yang memegang 87 kursi majelis konstituante dari 217-anggota parlemen “membuat kesalahan besar dan gagal menjamin keamanan setelah pembunuhan Belaid sebelumnya.”
Setelah pembunuhan Belaid pada bulan Februari, Ennahda berhasil meredakan kemarahan rakyat dengan pengunduran diri perdana menteri, kata Jomai Gasmi, analis politik lain.
“Hari ini Ennahda menemukan dirinya dalam situasi yang sangat sulit karena sebagian besar kekuatan politik sekuler yang berkoalisi dengannya bergabung dalam Front Keselamatan Nasional ternyata berkhianat dan menyerukan jatuhnya pemerintah ini dan parlemen di majelis nasional,” katanya.
“Sekarang Ennahda dipaksa memenuhi tuntutan kekuatan-kekuatan politik,” kata Gasmi. “walaupun Saat ini ada aksi demonstrasi di jalan belum terasa cukup untuk memiliki efek pada Ennahda.”
Gasmi mengatakan gerakan anti-Ennahda akan dikembangkan dan akan mencapai puncaknya pada bulan September ketika siswa kembali ke sekolah dan aktivisme politik mulai menaik.
Pemakaman Brahimi pada hari Sabtu menarik ribuan orang, dengan banyak slogan-slogan anti-Ennahda, menuduhnya gagal mengendalikan kelompok-kelompok Islam garis keras.
Menteri Dalam Negeri Lotfi Ben Jeddou mengatakan Brahimi ditembak 14 kali dengan menggunakan pistol 9mm , persis sama dengan senjata semi-otomatis yang digunakan untuk membunuh Belaid pada bulan Februari.
Menteri tersebut mengidentifikasi Boubakr Hakim, 30, tahun sebagai tersangka utama.(Arby/Dz)