Revolusi yang terjadi di dunia Arab dan Afrika Utara, semuanya memiliki karakter dan latarbelakang yang menjadi faktor terjadinya revolusi. Ada empat faktor yang menjadi pemicu terjadinya revolusi.
Pertama, di seluruh dunia Arab dan Afrika Utara, struktur penduduk di dominasi anak muda (70 persen). Kedua, pengangguran yang tinggi, di semua negara Arab dan Afrika Utara. Ketiga, kekuatan Islam melawan kekuatan sekuler. Keempat, kepetingan suku-suku yang saling berpengaruh, yang kemudian menimbulkan konflik. Kelima, kelompok Sunni melawan Syiah, seperti yang terjadi di Bahrain dan Saudi. Inilah faktor-faktor yang memunculkan revolusi di dunia Arab dan Afrika Utara.
Di bagian lain, revolusi di dunia Arab dan Afrika Utara itu, kemudian mengilhami terjadinya pemberontakan di Suriah akhir pekan kemarin, di mana kekuasaan yang bergaya Otokrat dengan gaya yang khas, khususnya dalam menjalankan kekuasaan seperti kekuasaan keluarga Assad.
Suriah dikuasai oleh mayoritas Sunni dengan minoritas Alawite yang mempraktikkan ideologi Syi’ah. Keluarga Assad adalah Alewites, mereka membantai ribuan Sunni terkenal di kota Hama pada tahun 1982, untuk menghentikan pemberontakan oleh kelompok Ikhwanul Muslimin (Sunni). Keluarga Assad, yang dipegang Bashar al-Assad, mereka telah membuat aliansi stretagis dengan kekuatan-kekuatan Syiah di kawasan ini, seperti dengan Iran dan Hizbullah Lebanon.
Sekarang berlangsung bentrokan antara Sunni dan Syiah berlangsung di negara ini, di mana kelompok Sunni yang menghadapi repressi dari kekuasaan kaum Alawiyin, bangkit menentang kekuasaan keluarga Assad yang menganut Aliwiyin yang bercorak ideologi Syiah. Inilah peta politik baru di dunia Arab. Di mana, seperti Syria dibawah kekuasaan minoritas Alawiyain (Syiah), Irak di bawah kekuasaan Syiah, dan memberlakukan kelompok Sunni, secara diskriminatif. Demikian pula, di Bahrain kelompok mayoritas Syiah sedang berusaha menggulingkan pemerintah Sunni di negeri itu.
Saudi sangat khawatir terhadap kekuatan Syiah yang naik berlipat-lipat di dunia Arab maupun di Afrika Utara. Maka, menghadapi situasi baru, yang sangat mengancam itu, Saudi mengirimkan pasukan ke Bahrain, mendukung pemerintahan yang ada dari kejatuhan, akibat revolusi yang dilakukan oleh kelompok Syiah.
Di propinsi Timur Saudi terdapat kekuatan Syiah yang dekat dengann pusat minyak negara itu. Di Utara Saudi yang berbatasan dengan Irak, di mana sekarang Muqtada al-Sadr terus mengumandangkan revolusi untuk menjatuhkan rezim-rezim otokrat,yang mendominasi dunia Arab. Inilah yang menyebabkan Raja Abdullah gemetar. Semua gerakan Syiah mendapat dukungan Iran secara penuh
Hal ini secara luas dikhawatirkan dunia Arab yang bergejolak yang lebih dahsyat di masa depan, konflik antara kekuatan Sunni bahwa Syiah, yang dimotori oleh Iran. Seperti akhir-akhir terjadi gejolak yang sangat di pusat-pusat kekuasaan yang di dominasi Sunni.
Tetapi, Suriah sebuah kekuasaan Aliwiyin yang minoritas yang hidup di tengah-tengah mayoritas Sunni. Mungkinkah Suriah akan menjadi sebuah teater revolusi berikutnya? (mh/tm)