Selama berpuluh-puluh tahun peguasa komunis di Yugoslavia melarang semua simbol keagamaan termasuk jilbab. Warga Muslim Bosnia yang ketika itu masih menjadi bagian Yugoslavia, merasakan dampak larangan itu.
Jilbab hanya dikenakan oleh orang-orang yang sudah lanjut usia di daerah pedalaman dan hanya dipandang sebagai bagian tradisi masyarakat Bosnia bukan sebagai kewajiban agama.
Tapi sekarang, setelah lepas dari Yugoslavia, jilbab mulai kembali marak dikenakan oleh anak-anak muda Muslimah di Bosnia. "Nyatanya, saya tidak terganggu melihat para remaja puteri mengenakan rok mini. Tapi saya berharap juga menghormati saya yang ingin mengenakan jilbab, " kata Alma, 25, yang mengenakan jilbab berwarna marun.
"Meski dengan berjilbab, saya tidak bisa belajar di Prancis, di mana hak-hak dasar sudah dilanggar. Tapi di sini, sudah menjadi hal yang biasa dan sangat memungkinkan untuk mengenakan jilbab, " sambungnya.
Sejak perang 1992-1995, di kota Sarajevo-kota yang banyak penduduk Muslimnya-sudah banyak terlihat Muslimah berjilbab dan bercadar lalu lalang di jalan. Tapi di banyak wilayah yang penduduknya masih didominasi oleh warga Kristen Serbia dan Katolik Kroasia, jilbab masih menjadi hal yang tidak disukai seperti di zaman komunis.
Di sebuah sekolah di kota Brcko- kota yang terbagi-bagi berdasarkan etnis masyarakatnya, seorang guru beretnis Serbia berseteru dengan seorang psikolog yang kebetulan Muslimah dan berjilbab. Semsa Ahmetsphanic mengatakan, rekannya yang guru itu menolak kehadirannya di kelas karena ia mengenakan jilbab.
"Saya tidak mau bersikap keras karena Brcko memiliki lingkungan yang spesifik. Kami berusaha untuk menghindari situasi yang bisa memicu konflik, " kata Semsa.
Milan Puric, seorang deputi di dewan kota dari kalangan Serbia menginginkan agar jilbab dilarang di institusi-institusi publik. Isu jilbab menurutnya hanya akan menimbulkan perpecahan etnis di Bosnia.
"Kami belum mencapai level toleransi. Tapi jika saya salah, maka persoalan ini seharusnya dibahas atau tidak sama sekali, " katanya. Apa yang dimaksud Puric adalah, jika jilbab dibolehkan maka simbol-simbol gereja ortodok dan gambar-gambar salib seharusnya juga diolehkan dipasang di ruang-ruang kelas sekolah.
AFP menyebutkan, saat ini dari 3, 8 juta penduduk Bosnia, 40 persennya Muslim, 31 persen Kristen Ortodok dan 10 persen Katolik. (ln/iol)