Ditekan Barat melalui embargo, Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad tidak gentar. Ia malah akan mengeluarkan pernyataan baru perihal proyek pengembangan uraniumnya.
Ia menjanjikan rakyat Iran, tak lama lagi mereka akan mendengar berita baru tentang kemajuan proyek pengembangan uranium Iran. Ahmadinejad tidak bicara lebih jauh apa yang dimaksud dengan perkembangan baru itu. Ia juga tidak menyebutkan kapan waktu yang dijanjikannya itu.
Tapi, rencananya, Presiden Iran akan menggelar konferensi pers besok, Selasa (3/4). Diduga kuat, pada saat itulah Ahmadinejad akan mengungkapkan informasi perkembangan baru terkait proyek nuklir Teheran yang ditolak oleh PBB. Beberapa waktu sebelumnya, Teheran menafikan bahwa Iran bertekad ingin melanjutkan proyek nuklirnya tanpa pantauan International Atomic Energy Agency (IAEA). Diisukan bahwa Iran telah mendirikan ribuan tempat untuk mendirikan pabrik-pabrik pengembangan uranium seperti yang kini terdapat di Natanz. Selain itu, ramai pula dibicarakan bahwa Iran akan memperbanyak kemampuan produksi uraniumnya.
Sebagaimana dikaji dalam analisa Berita Iptek, bahwa sebenarnya pengayaan uranium dibagi menjadi dua pengertian. Yang pertama Low Enriched Uranium (LEU), di mana kadar persentase pengayaan uraniumnya lebih kecil dari 20 persen dan Highly Enriched Uranium (HEU), dengan persentasi pengayaannya lebih besar dari 20 persen. Meskipun dalam weapon grade atau pengayaan uranium untuk produksi senjata diperlukan lebih dari 90 persen, tetapi grade dengan nilai kecil, bisa digunakan untuk hulu ledak. Maka untuk reaktor dibatasi grade-nya hanya di bawah 20 persen pengayaan. Dan untuk Iran, saat ini hanya memproduk tidak lebih dari hanya 5% saja.
Proses pengayaan uranium ini sebenarnya sudah dimiliki oleh beberapa negara yang mempunyai pembangkit nuklir untuk keperluan reaktor grade, seperti Belanda, Jerman, Inggris, Rusia, dan Jepang. Secara prinsip teknologi ini bisa juga digunakan untuk mengembangkan weapon grade, dengan menggunakan metode gas centrifugal.
Meski Iran menyebutkan hanya untuk tujuan pembangkit listrik dan tidak akan diteruskan menjadi proyek senjata dengan meninggikan pengayaan uraniumnya, akan tetapi beberapa kalangan mensinyalir bahwa dengan reaktor grade saja dapat diproses sebuah bom. Kekhawatiran tersebut pernah dibahas dalam satu konferensi internasional di Rusia. Pada saat itu, penulis mendengar langsung penjelasan pegawai IAEA asal AS yang mengatakan bahwa kita harus berhati-hati dengan reaktor grade, senjata nuklir bisa diproses dari reaktor seperti yang terjadi di Korea Utara.
Faktor lain yang menyebabkan permasalahan ini menjadi komplek adalah masa lalu Iran dengan AS dan isu Timur Tengah dikaitkan dengan Israel dan Palestina. Isu nuklir Iran ini menjadi serius, apabila masalah ini berlanjut pada rencana pengerahan militer, seperti kasus negara tetangga mereka Irak. Apabila hal tersebut terjadi di tengah isu terorisme, akan dapat meningkatkan ketegangan khususnya di wilayah Timur Tengah sehingga akan menambah panjang terjadinya konflik perang
Iran sendiri menolak keras bila dianggap akan memproduk senjata nuklir. Ia hanya menegaskan bahwa negaranya berhak mempunyai program nuklir untuk tujuan damai. Sedangkan laporan intelejen Barat menyebutkan bahwa Teheran dalam waktu sepuluh tahun mampu memproduksi bom nuklir. DK PBB sendiri dalam rekomendasi nomor 1747, pada 24 Maret lalu telah sepakat memperberat hukuman atas Iran karena produksi uraniumnya. (na-str/aljzr, beritaiptek)