Sekelompok imam Muslim Perancis tiba di Israel pada Minggu 11 November kemarin dalam kunjungan kontroversial untuk menghilangkan persepsi bahwa Muslim menyimpan kebencian terhadap Yahudi.
“Sayangnya Muslim Perancis dipandang sebagai anti-Semit,” kata Hassan Shaljoumi, yang memimpin sebuah masjid di pinggiran Paris Drancy, mengatakan kepada harian Israel Maariv.
“Meskipun benar bahwa ada imam yang menyebarkan anti-Semit atas nama Allah, mereka adalah minoritas.”
Shaljoumi adalah anggota dari 12 delegasi imam Perancis yang tiba di Israel untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Israel dalam upaya menunjukkan bahwa umat Islam tidak anti-Semit.
Delegasi akan bertemu dengan Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Palestina Mahmud Abbas selama kunjungan tersebut.
Para imam juga akan mengadakan pembicaraan dengan pemuka agama Yahudi, pemuka agama Islam dan Kristen serta intelektual dan pemuda.
“Kami berencana untuk menyajikan segi yang berbeda, bahwa Muslim juga ingin hidup damai dengan Yahudi dan ingin memajukan perdamaian itu,” kata Shaljoumi.
Kunjungan ini kemungkinan besar dapat memicu kontroversi di dunia Muslim pada saat Muslim menegaskan bahwa Israel harus mengakhiri pendudukannya atas tanah Palestina dan Arab yang dikuasai dalam perang Timur Tengah 1967.
Kunjungan, didanai oleh kementerian luar negeri Prancis, menyusul adanya tuduhan kepada komunitas Muslim bahwa muslim menyimpan kebencian terhadap Yahudi.
Sebelumnya empat orang Yahudi dan tiga tentara Perancis tewas oleh seorang pria muslim bersenjata pada bulan Maret lalu di kota selatan Toulouse. AKibat insiden ini Muslim dan Yahudi mengeluhkan bahwa ada peningkatan tindakan bermusuhan setelah pembunuhan di Toulouse.
Shaljoumi, yang telah mengunjungi Israel tiga kali, berpendapat bahwa kunjungan ini bertujuan untuk menunjukkan citra sejati Muslim Perancis.
“Citra kami di dunia telah dinodai dan kami harus memperbaiki itu atas nama toleransi,” kata Shaljoumi dalam sebuah pernyataan.
“Kami adalah wajah sebenarnya dari Muslim Perancis.”(fq/oi)