Lima bulan setelah presiden AS, Barack Obama mengumumkan pendekatan baru pada Afghanistan, yaitu berinventasi pada program non-militer (namun sampai saat ini tak kelihatan), para komandan AS malah membicarakan soal penambahan jumlah pasukan di Afghanistan untuk menumpas Taliban. Ironis!
Mike Mullen, ketua Gabungan Komandan dan Staf, mengatakan bahwa situasi saat ini sangat serius dan buruk. “Beberapa hari lagi, akan ada lebih banyak tentara AS yang terbunuh di jalanan karena bom.” Jelasnya. Itu sebenarnya konsekuensi dari semakin banyaknya tentara di negeri orang. Sampai Agustus ini, tahun 2009 telah disebut sebagai tahun mematikan bagi AS dan NATO.
Tidak heran jika rakyat AS sendiri sudah lelah dengan perang-8-tahun yang tak ketahuan juntrungannya ini. Antara Iraq dan Afghanistan, lebih dari 5000 tentara AS yang terdata resmi terbunuh, dan negara ini telah menghamburkan uang lebih dari $900 juta untuk perang. Obama sendiri telah memindahkan pasukan AS dari Iraq ke Afghanistan.
Bahkan, ketika Bush berkuasa pun, hal seperti ini tidak pernah terjadi. Saat ini, ada lebih dari 100.000 pasukan asing di Afghanistan. Dua pertiganya adalah tentara AS. Jenderal Stanley McChrystal, jenderal tertinggi AS di Afghan, memberikan laporan perang pertamanya. Jika dia menginginkan tambahan pasukan, maka pasukan itu harus lebih kuat, lebih pintar dan lebih memahami strategi yang komprehensif seperti yang dijanjikan oleh Obama.
Salah satu janji Obama adalah pemerintahan Afghan yang baru yang kapabel, yang membantu para petani, dan melatih tentara lokal, dan memaksa Taliban untuk segera meletakkan senjatanya alias menyerah.
Hasilnya? Taliban masih kuat, dan rakyat apatis terhadap pemilu 20 Agustus kemarin, bahkan keikutsertaan mereka sangat mengecewakan. Lebih buruk lagi, tak ada satupun dari kandidat presiden yang sesuai dengan harapan masyarakat Afghan. Hamid Karzai mungkin mengungguli rivalnya Abdullah-Abdullah, tapi bahkan orang bodohpun membaui kecurangan yang terjadi dalam pemilu Afghan.
Lantas, apakah Afghanistan sudah beranjak pada sesuatu yang diinginkan oleh Kongres AS dan Obama? Tampaknya belum. AS masih tetap menginstalasi pasukannya di sana, dan biaya perang masih terus membengkak, sementara rakyat Afghan membenci pemerintah, dan Taliban tidak pernah mundur mempertahankan tanah air tumpah darahnya yang diacak-acak pihak asing. (sa/newyorktimes)