Kedatangan pasukan AS dan NATO dalam jumlah puluhan ribu, dan sebentar lagi mencapai ratusan ribu, tak pelak telah membuat hidup rakyat Afghanistan berubah, semuanya tak lagi sama. Perang sewenang-wenang yang dilancarkan oleh George W.Bush pasca tragedi 9/11 membuat negeri ini berantakan dan kali ini, Obama, sebagai suksesor Bush di kepresidenan AS, menghadirkan neraka lanjutan yang tak jauh berbeda.
Di Afghanistan sekitar 280.000 orang telah berubah menjadi mereka yang kekurangan dan kehilangan segalanya. Tanpa makanan, uang untuk membeli barang, dan tak ada pemerintahan yang benar. Ribuan keluarga mungkin keluar rumah untuk mencari pekerjaan, tapi hal ini juga menimbulkan masalah karena di jalanan telah menunggu bom dan ranjau darat yang telah dipasang. Tak heran, jika di Afghanistan, orang hanya mempunyai satu kaki asli, dan satunya lagi merupakan kaki palsu. Atau bahkan tidak ada keduanya, termasuk anak-anak. Semuanya itu penyebabnya satu, AS dan Nato. Dan rakyat Afghan akan terus mengingat hal itu.
Shah Mohamad (25), belajar berjalan lagi di tengah kota Kabul, setelah kedua kakinya diamputansi. Shah tadinya adalah seorang polisi. Ketika berpatroli, Shah menginjak sebuah ranjau darat di Paktika, sebelah tenggara Kabul.
Seorang anak kecil belajar menggunakan kaki prostetiknya. Dia dibantu oleh seorang petugas medis.
Gadis kecil ini hanya salah satu dari 890 keluarga yang setiap hari harus berjalan jauh hanya untuk mendapatkan bantuan dari Palang Merah Internasional. Mereka mendapatkan beras, kacang merah, gula, daun teh, dan gula untuk waktu tertentu saja.
Mohammed Ali (35) menjual teh gelas dan kopi di sebuah pinggir jalan di Kabul. Ali kehilangan salah satu kakinya yang terkena ranjau darat, dan satu lainnya karena serangan roket di asal tempatnya, Provinsi Wardak, tapi ia terus bertahan hidup, tak akan pernah menyerah. Ia sudah berjualan teh dan kopi gelas selama 18 bulan terakhir dan menghidupi keluarganya dengan layak. Setiap hari ia mendapatkan 75 rupee.
Mohammed Khan menangis di telefon. Dia terus mencari keberadaan anaknya yang ditahan oleh pasukan AS di Bagram, delapan bulan yang lalu. Banyak orang yang kehilangan keluarganya, dan itulah yang paling memberatkan orang-orang Muslim Afghanistan. (sa/berbagaisumber)