Setelah Irak, Afghanistan kini menjadi tujuan para pejuang Muslim dari berbagai negara. Kebanyakan mereka datang dari negara-negara Arab.
Nicole Stracke peneliti bidang keamanan dan terorisme di Gulf Research Center yang berbasis di Dubai pada Christian Science Monitor edisi Selasa (19/8) mengatakan, Afghanistan akan kembali menjadi medan pertempuran karena banyak pejuang Muslim yang menjadikan Afganistan sebagai tujuan mereka seiring dengan serangan-serangan kelompok Taliban terhadap pasukan AS yang makin meluas.
Sementara itu, profesor sejarah Islam dari Universitas Massachussets, Brian Glyn Williams mengungkapkan, AS dan pasukan Afghanistan dalam berbagai kesempatan menemukan sejumlah dokumen yang berisi informasi adanya pejuang-pejuang Arab yang gugur di seluruh Aghanistan.
William melakukan riset di Aghanistan tahun 2007 lalu dan ia mempekirakan jumlah pejuang Arab yang gugur dalam berbagai insiden yang terjadi di Afghanistan jumlahnya mencapai 1.000-1.500 orang. Menurutnya, situs-situs yang berafiliasi dengan al-Qaidah-yang memberitakan tentang perang di Aghanistan dan mengiklankan kesempatan untuk berjuang di Afghanistan-ikut berperan dalam menarik para pejuang Muslim dari berbagai negara untuk datang ke Afghanistan.
"Pada tahun 2007, situs-situs jihadis dari mulai dari Chechnya, Turki sampai negara-negara Arab mulai menampilkan iklan-iklan yang disebut ‘Singa-Singa Islam’ berupa ajakan untuk berjuang di Afghanistan, " tulis William dalam CTC Sentinel, sebuah jurnal online milik West Point’s Combating Terrorism Center.
William mengaitkan fenomena ini dengan situasi di Irak, yang menurutnya makin membaik dari sisi keamanan. Selain itu, para pejuang Muslim itu, kata William, juga meyakini bahwa mereka akan memenangkan peperangan dengan penjajah asing di Afghanistan.
Militer Afghanistan juga mengakui adanya pejuang-pejuang dari negara di luar Afghanistan yang tertangkap. "Pekan kemarin, kami menangkap sekelompok pejuang di wilayah selatan dan tak satu pun dari mereka orang Aghanistan, " kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Aghanistan Muhammad Zaher Azimi.
Sementara, Juru Bicara Nato yang mengkordinir pasukan dari sekitar 40 negara di bawah bendera ISAF, Brigadir Jenderal Richard Blanchette mengatakan, kehadiran pejuang-pejuang Muslim dari luar Afghanistan menyebabkan pertempuran makin berat bagi pasukan Nato.
Terakhir, sepuluh tentara pasukan Perancis tewas dan 21 tentara lainnya luka-luka dalam pertempuran dengan pasukan Taliban yang menyergap mereka di distrik Sarobi, 50 kilometer sebelah timur kota Kabul. Serangan Taliban itu diakui sebagai serangan paling berani sejak invasi AS ke Afghanistan tahun 2001.
Sepanjang tahun ini, sudah 176 tentara pasukan internasional yang tewas di Afghanistan akibat serangan Taliban. Jumlah ini meningkat 50 persen dibandingkan korban pada jangka waktu yang sama tahun 2007 lalu. (ln/iol)