Adanya Bar yang Sediakan Khamar di Bulan Ramadhan Menuai Kecaman Warga Muslim Dubai

Adanya Bar yang Sediakan Khamar di Bulan Ramadhan Menuai Kecaman Warga Muslim Dubai

Sebuah artikel yang diterbitkan oleh majalah berbahasa Inggris di Dubai tentang adanya bar yang menyajikan alkohol selama bulan Ramadhan telah memicu kemarahan di kalangan umat Islam di Uni Emirat Arab.

“Artikel itu menunjukkan bagaimana beberapa orang yang (tinggal) di sini tidak punya respek terhadap budaya dan masyarakatnya sama sekali,” tulis seorang pengguna Twitter, CNN melaporkan.

Pengguna lain menulis bahwa sedang terjadi infiltrasi budaya sesat oleh pecandu alkohol.

Majalah Dubai Timeout telah menerbitkan sebuah artikel adanya bar yang tetap buka selama bulan Ramadhan.

Berjudul “”5 to try: bars in Ramadan”, artikel ini memberikan jadwal jam operasi dari bar ini selama bulan puasa dan berbagi link di Twitter jaringan sosial.

“Apakah mereka kehilangan rasa malu mereka?” Tanya Mahra Al Shamsi, seorang warga Emirat yang tinggal di Ras Al Khaimah, menggambarkan artikel itu sebagai “mengejutkan”.

“Apakah mereka tidak ingat bahwa, meskipun majalah ini ditargetkan untuk ekspatriat, mereka tinggal di Uni Emirat Arab – sebuah negara Arab dengan nilai-nilai Islam yang sangat kuat dengan keyakinannya.”

Tetapi beberapa warga asing melihat respon marah atas artikel tersebut sebagai reaksi yang berlebihan.

“Kami berada di salah satu dari sedikit negara di dunia di mana Anda harus membatasi perilaku Anda apakah Anda berpartisipasi dalam Ramadhan atau tidak,” kata Fiona Du Vivier, seorang manajer akuntansi asal Skotlandia kepada CNN.

“Yang cukup adil, saya memilih untuk tinggal di negara ini dan saya memilih untuk mengikuti untuk menghormati kebiasaan di sini,” kata Du Vivier, yang tinggal di Dubai selama hampir dua tahun.

Dia berargumen bahwa sebagian besar penduduk di Dubai adalah orang asing, yang tidak puasa selama bulan Ramadhan.

Namun Al Shamsi, masih kesal karena artikel itu terkait antara alkohol dan Ramadhan.

“Artikel tersebut tidak sopan sama sekali,” katanya. “Ini seperti pergi ke negara miskin dan menulis artikel tentang kemewahan, sangat tidak tepat.”(fq/oi)