Untuk pertama kalinya dalam satu tahun ini, Presiden Palestina Mahmud Abbas melakukan pembicaraan langsung dengan PM Israel Ehud Olmert.
Dalam pertemuan yang difasilitasi Raja Yordania, Raja Abdullah di kota Petra, Kamis (22/6), kedua pemimpin itu sepakat untuk melakukan pertemuan kembali secara formal dalam waktu tiga minggu mendatang.
Pada pertemuan itu Olmert menyatakan siap untuk melakukan upaya apa saja demi mencapai satu tujuan yaitu perdamaian, melakukan kompromi dan mundur dari sejumlah wilayah. Olmert juga menegaskan kembali bahwa Israel tidak mau bernegosiasi dengan Hamas dan hanya bersedia melakukan pembicaraan dengan Abbas.
Bahkan soal Hamas Olmert menyatakan, "Saya berdoa semoga Palestina mendapatkan kekuatan untuk melepaskan diri dari para ekstrimis dan fundamentalis."
Menurutnya, pembicaraan-pembicaraan damai tidak akan ada artinya, kecuali pemerintahan Palestina pimpinan Hamas yang anti Israel mengubah kebijakannya.
Dalam masalah ini, Olmert memuji Abbas sebagai orang yang tulus. "Saya pikir Abu Mazin adalah seorang yang tulus dan dia datang ke sini dengan tujuan-tujuan yang baik. Tapi sayangnya dia bukan PM Palestina," ujar Olmert.
Pada kesempatan itu, Olmert juga menyampaikan permohonan maaf atas tragedi tewasnya 13 warga sipil Palestina akibat sejumlah serangan udara Israel. "Ini bukan kebijakan kami dan saya sangat, sangat menyesal," katanya setelah makan pagi bersama Abbas. Meski demikian Olmert menyatakan akan terus melakukan serangan terhadap para pejuang Palestina.
Makan pagi bersama antara Olmert dan Abbas dilakukan di sela-sela pertemuan para pemenang hadiah nobel yang berlangsung selama dua hari. Olmert, Abbas dan Raja Abdullah duduk di satu meja bersama tokoh perdamaian Dalai Lama, seorang Deputi Perdana Menteri Thailand, dan Elie Weisel, pemenang nobel perdamaian tahun 1986 dan salah seorang yang selamat dari tragedi Holocaust.
Sekembalinya dari pertemuan itu, di kota Ramallah, Tepi Barat, Abbas mengatakan bahwa dirinya akan ke Jalur Gaza pada hari ini, Jumat (23/6) untuk melakukan pembicaraan kembali dengan faksi-faksi pejuang Palestina guna mencari solusi atas krisis yang terjadi di dalam negeri.
Ia berharap pertemuan itu akan menghasilkan hasil yang positif, sehingga Palestina bisa menunjukkan pada dunia ide-ide barunya untuk mengakhiri embargo yang dikenakan pada Palestina. (ln/aljz)