Dua orang pemimpin tinggi Palestina saling mendo’akan. Sekilas peristiwa itu sangat membahagiakan. Tapi sayangnya, suasana do’a yang diucapkan berbeda dengan suasana orang yang berdo’a pada umumnya.
Ahad kemarin (11/11), Presiden Palestina Mahmud Abbas melontarkan serangan kepada Hamas di Ghaza, dengan menyebut bahwa kudeta yang dilakukan Hamas di Ghaza akan gagal. Ia kemudian mendo’akan PM Palestina yang dianulir Ismail Haniyah, “Agar Allah swt memperbaiki kondisinya. ” Sementara Haniyah juga mendo’akan kalimat yang sama untuk Abbas.
Abbas menganggap konferensi perdamaian internasional yang akan digelar di Annapolis akhir bulan November ini, merupakan momentum bersejarah untuk membuka lembaran baru di Timur Tengah. Dalam pidato politik yang disampaikan di sebuah upacara peringatan ketiga wafatnya Mendiang Presiden Palestina Yaser Arafat itu, ia juga mengkritik Hamas yang meminta dirinya untuk bertaubat dari kesalahan dan meminta Hamas untuk menyudahi konspirasi militernya di Ghaza.
“Pemisahan Ghaza tidak akan berhasil dan akan mengarah pada kegagalan. Hamas harus memahami bahwa kembalinya mereka dari sikap kudeta sama dengan kembalinya kekuatan rakyat Palestina, ” ujar Abbas.
Lebih lanjut ia mengatakan, “Kami berdo’a untuk Haniyah agar Allah memperbaiki kondisinya dan menunjukkannya ke jalan yang lurus. Kami katakan kepada penduduk Ghaza, untuk bersabar dengan upaya kudeta Hamas yang akan mengarah pada kegagalan. Hamas adalah bagian dari rakyat Palestina dan karenanya kami minta mereka untuk menyesali kesalahan mereka. Semua anak manusia itu bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah itu adalah orang yang bertaubat. ”
Sementara itu, Haniyah menjawab do’a Abbas tersebut dengan do’a yang sama. Dengan tersenyum dalam sebuah wawancara yang dilakukan dengan televisi Al-Aqsha, sore hari Ahad (11/11), Haniyah mengatakan, “Saya berdo’a agar Allah menurunkan petunjuk dan perbaikan untuk Presiden Abu Mazen dan semua jajaran pimpinan Palestina, untuk tetap berjalan di atas jalan yang lurus. ” (na-str/iol)