Negara Irlandia ternyata sudah memberikan enam kali peringatan pada Israel, sebelum pasukan Zionis itu membom pos pemantau PBB di Libanon Selatan. Namun Israel tidak mengabaikan peringatan itu.
Menurut kementerian luar negeri Irlandia Rabu (26/7), seorang pejabat militer senior negaranya sudah memanggil perwakilan militer Israel sedikitnya enam kali, untuk mengingatkan bahwa pasukan Israel sudah menjatuhkan bom-bomnya ke dekat instalasi milik PBB di Libanon.
"Dalam enam kali kesempatan berbeda, dia (pejabat militer Irlandia) sudah melakukan kontak dengan Israel dan mengingatkan bahwa aksi bombardir yang dilakukannya telah membahayakan nyawa staff PBB di Libanon selatan," kata juru bicara departemen luar negeri Irlandia.
Namun peringatan itu tidak dipedulikan Israel. Pasukan Zionis itu tetap membom pos pemantau PBB di Khiam, Libanon selatan dan menewaskan empat staff penjaga perdamaian PBB yang sedang berlindung didalamnya. Mereka yang tewas berasal dari Kanada, Finlandia, Austria dan China.
Sekjen PBB mengutuk serangan Israel itu dan mengatakan dirinya syok dengan serangan ‘yang nampaknya disengaja’ oleh Israel. Annan memerintahkan untuk menyelidiki peristiwa itu.
PM Israel, Ehud Olmert lewat telepon menyatakan ‘penyesalan yang mendalam’ pada Sekjen PBB atas insiden tersebut. Tapi, dasar Israel, mereka tetap tidak mau disalahkan atas peristiwa tersebut. Olmert menyatakan tidak paham mengapa PBB berpikir bahwa Israel sengaja menyerang pos pemantau PBB.
Duta besar Israel di PBB, Dan Gillerman juga mengatakan bahwa pernyataan Annan yang menuding Israel sengaja membombardir pos pemantau PBB itu ‘prematur dan keliru’.
Yang memprihatinkan, pemerintah AS ikut membela Israel dengan mengatakan, meski serangan itu ‘mengerikan’ tapi tidak ada indikasi hal itu dilakukan dengan sengaja.
Menurut seorang pejabat PBB, seperti dikutip oleh Associated Press, sejak pecah pertempuran antara Israel dan Hizbullah dua minggu lalu, Israel sudah beberapa kali menjatuhkan bom-bomnya ke dekat lokasi penjaga perdamaian dan pos pemantauan PBB, termasuk serangan langsung yang menghantam sembilan posisi.
Pasukan penjaga perdamaian PBB yang tergabung dalam United Nation Interim Force (UNIFIL) sudah hampir 30 tahun ditugaskan di Libanon Selatan. Dengan jumlah sekitar 2.000 pasukan, mereka bertugas untuk memberikan perlindungan dan bantuan kemanusiaan di Libanon selatan. (ln/aljz)