Pemerintah Irak menyebutkan kurang lebih 60 ribu orang warganya atau sekitar 11 ribu keluarga Irak, terpaksa mengungsi dari rumah mereka untuk menghindari ancaman konflik etnik sunni dan syiah. Kepergian puluhan ribu orang itu, juga didorong perkembangan sosial dan keamanan Irak yang cenderung makin memanas akibat konflik etnik tersebut.
Satar Norez, Jubir Kementerian Imigrasi Irak mengatakan, pada akhir bulan Maret lalu saja, ada sekitar 30 ribu orang yang eksodus ke sejumlah tempat yang dianggap lebih aman. “Hingga kini teror masih terus memakan korban warga Irak di seantero negeri. Itulah yang melatarbelakangi banjirnya gelombang pengungsi di Irak,” ujarnya. Ia juga menjelaskan bahwa diperkirakan jumlah tersebut masih akan terus bertambah di masa yang akan datang.
Ada sekitar 3.600 keluarga yang telah pergi dari Baghdad bersama saudara dan rekan mereka atau tinggal di sejumlah tenda maupun berbagai tempat terpencil. Baghdad adalah salah satu lokasi yang dianggap paling rawan dalam konflik ini. Sementara lebih dari 5.000 keluarga pergi ke arah selatan Irak dan 2.500-an keluarga lainnya pergi ke wilayah Utara dan Barat Irak.
Untuk mengantisipasi krisis kemanusiaan akibat menggelombangnya pengungsian ini, pemerintah Irak telah mencadangkan dana sejumlah 6 juta dolar. Mereka juga telah membentuk panitia khusus untuk menangani masalah pengungsin ini. Konflik antar etnik sunni syiah meledak setelah sebuah bangunan yang dianggap sakral oleh etnik syiah di kota Samarra meledak pada tanggal 22 Februari 2006. (na-str/iol)