Hampir 60.000 Muslim berkumpul untuk aksi damai besar di Mali, sebuah negara yang telah terpukul keras oleh aksi kekerasan sejak awal tahun ini ketika terjadi kudeta menggulingkan Presiden Amadou Toumani Touré.
Demonstrasi hari Minggu kemarin (12/8) bertujuan untuk “perdamaian nasional dan rekonsiliasi” di ibukota Bamako diselenggarakan oleh lembaga Muslim di negara itu dan para politisi kunci, termasuk Perdana Menteri Cheikh Modibo Diarra, hadir dalam acara tersebut, AFP melaporkan.
Berpidato ke kerumunan massa, kepala Tinggi Dewan Islam Mali Mahmud Dicko berkata, “Marilah kita berdoa bagi Mali, marilah kita berdoa untuk perdamaian.”
Dicko baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan anggota teras atas Gerakan Tauhid dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO) dan Ansar Dine (Pembela Iman), yang menguasai kota utara kunci negara itu setelah kudeta di Bamako pada bulan Maret.
Pada bulan Januari, pejuang Tuareg di utara negara itu memberontak terhadap Bamako menuntut negara sendiri yang merdeka, yang dengan cepat mempengaruhi angkatan bersenjata negara Afrika Barat tersebut.
Pada tanggal 22 Maret pemberontak tentara Mali dipimpin oleh Amadou Haya Sanogo menggulingkan Presiden Touré, dan mengambil alih lembaga pemerintah.
Para pemimpin kudeta mengatakan mereka melakukan kudeta karena marah pada ketidakmampuan pemerintah untuk meredam pemberontakan Tuareg di utara negara itu.
Namun, setelah kudeta, para pemberontak Tuareg menguasai seluruh wilayah gurun utara, tetapi kelompok Islam mendorong mereka keluar dan merebut kendali dari semua wilayah gurun utara, yang lebih besar dari Perancis atau Texas.(fq/prtv)