Kejadian kekerasan etnis di Myanmar selama setahun terakhir ini adalah letupan yang berulang, kejadian serupa terjadi di setengah abad yang lalu, seperempat juta (250,000) penduduk Muslim Burma melarikan diri dari penganiayaan etnis dan agama di Myanmar ke Arab Saudi .
Dahulu ukhuwah sesama umat Islam sangat luar biasa, Saat itu masyarakat muslim Burma yang melarikan diri ke Saudi disatukan dan dileburkan ke dalam masyarakat Saudi dan masyarakat muslim burma telah memperkuat kehadirannya di struktur masyarakat kota Mekkah.
Ibrahim adalah sebagian anggota masyarakat Burma yang telah berhasil terintegrasi di Arab Saudi.
“Alhamdulillah, kita bisa tiba di sini, Alhamdulillah, kami dibesarkan di sini, tapi kita tidak lupa bahasa asli kami, yang merupakan bahasa Rohingya. Adapun adikku, dia menikah dengan seorang warga Saudi, dan saya, terima kasih Allah, saya juga sudah memiliki percampuran dengan keluarga Saudi, “kata Ibrahim.
Abu al-Shamaa Abdulmajeed al-Arkani adalah pemimpin komunitas Rohingya Birma di Arab Saudi.
“Saya telah berada di Kerajaan Arab Saudi sejak pemerintahan Raja Abdul Aziz di awal tahun 1368H , semoga ia beristirahat dalam damai . Sejumlah muslim [Burma], datang [ke negara] Saudi dan mendapatkan kewarganegaraan Saudi, “kata al-Arkani.
Pihak berwenang Saudi saat itu juga telah memutuskan untuk mengakui mereka sebagai komunitas yang berada di bawah perlindungan kerajaan, yang berarti mereka tidak harus mematuhi undang-undang dan peraturan tinggal Saudi. (Arby/Dz)