Kanselir Jerman Angela Merkel memutuskan Senin bahwa semua reaktor nuklir di negaranya Jerman ditutup pada tahun 2022.
Menteri Lingkungan Hidup Jerman Norbert Roettgen juga mengatakan bahwa tujuh reaktor nuklir yang sudah tua, segera akan ditutup, menyusul bencana nuklir yang terjadi di Jepang di bulan Maret yang lalu. Selain itu, Jerman juga akan menutup tiga dari reaktor Jerman terbaru ditutup tahun 2021, kata Roettgen. Sementara itu, sisanya akan ditutup setahun kemudian, tambahnya.
Roettgen mengatakan bahwa sengketa pajak yang nilainya mencapai 2,3 miliar euro, terkait bahan bakar batang nuklir tidak akan dihapus.
Pengumuman ini dibuat setelah negosiasi yang memakan waktu panjang antara pihak yang terkait dengan pengelola reaktor nuklir. Tapi keputusan itu masih bisa menghadapi penolakan yang kuat dari perusahaan-perusahaan pembuat reaktor nuklir. "Pasti itu akhir terhadap tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang baru, yang akan berakhir tahun 2022," kata Roettgen setelah pertemuan.
Pada tahun 2010, Merkel telah mendorong memperpanjang penggunaan 17 negara reaktor, yang dijadwalkan ditutup pada tahun 2036, tapi Merkel benar-benar merubah kebijakannya sesudah terjadi bencana nuklir Jepang.
Merkel mendapatkan dukungan kalangan partai Hijau dan kelompok lingkungan, tapi mendapatkan cemoohan dari oposisi dan daru partainya sendiri. Puluhan ribu orang berdemonstrasi menentang energi nuklir pada akhir pekan lalu di seluruh Jerman.
Kebijakan nuklir diperdebatkan di Jerman, dan isu itu membantu meningkatkan Partai Hijau, yang memenangkan salah satu negara bagian dari kubu CDU yaitu, Baden-Wuerttemberg, dalam pemungutan suara bulan Maret.
Mayoritas di Bundesrat yang mendukung Merkel, dimana negara-negara yang diwakili, menarik dukungan setelah CDU gagal memegang negara terpadat Rhine-Westphalia Utara. Kehilangan Baden-Wuerttemberg, suara diselenggarakan di bawah bayang-bayang krisis nuklir Fukushima, yang menjadi pukulan pemerintah Merkel.
Operator RWE terbesar di Jerman telah menyarankan mengakhiri semuanya tenaga nuklir pada tahun 2025, dan mengisyaratkan oposisi terhadap keputusan itu. Seorang juru bicara perusahaan mengatakan perusahaan itu akan tetap melakukan "semua pilihan hukum", ucapnya.
"Akhir (tenaga nuklir di Jerman) pada tahun 2022 bukanlah tanggal yang kami harapkan," kata juru bicara, menolak untuk mengomentari pengaruh keputusan terhadap pendapatan perusahaan. (mh/hrtz)