Pemantau hak asasi manusia Eropa, Dewan Eropa dalam laporannya menyebutkan, sedikitnya 14 negara Eropa terlibat dalam jaringan global penjara rahasia CIA dan telah menjadi lokasi pemindahan sejumlah tersangka pelaku aksi teror dari seluruh dunia. Namun sejumlah negara Eropa membantah laporan tersebut.
Bantahan itu antara lain diungkapkan Perdana Menteri Inggris Toni Blair, Rabu (7/6) yang mengatakan tidak ada yang baru sama sekali dalam laporan Dewan Eropa. Sementara PM Polandia, Kazimierz Marcinkiewicz menyebut hasil laporan itu ‘fitnah’ dan ‘tidak berdasarkan fakta. Sedangkan pemerintah Rumania menyebut laporan Dewan Eropa ‘spekulatif’ dan tidak punya bukti. Pihak AS sendiri menyebut hasil laporan Dewan Eropa tidak memiliki ‘fakta yang kuat.’
CIA memindah-mindahkan para tersangka pelaku terorisme ke negara-negara lain untuk keperluan interogasi. Beberapa mantan tahanan yang akhirnya dibebaskan mengatakan, mereka disiksa atau dikirim ke fasilitas penjara AS di Guantanamo, Kuba.
Sayangnya, meski Dewan Eropa bisa ‘menyebut dan mempermalukan’ negara-negara yang dikatakannya terlibat dalam skandal dengan CIA, Dewan itu tidak memiliki kekuatan untuk melakukan proses hukum terhadap negara-negara tersebut.
Tindakan Ilegal
Kontroversi seputar keterlibatan negara-negara Eropa dalam skandal tahanan AS mulai mengemuka pada bulan November lalu, ketika media massa dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengungkapkan kecurigaan mereka bahwa para tersangka pelaku teror di tahan di penjara-penjara ilegal yang tersebar di wilayah Eropa.
Mereka juga menyebutkan, sejumlah negara digunakan sebagai tempat ‘transit’ pesawat yang mengangkut para tahanan yang akan dipindahkan ke penjara-penjara ilegal itu.
Dewan Eropa kemudian melakukan penyelidikan, dipimpin oleh senator asal Polandia, Dick Marty. Dewan ini meneliti sejumlah laporan lalu lintas penerbangan, laporan pejalanan pesawat dan keterangan-keterangan dari beberapa orang yang mengaku telah diculik.
Dalam proses penyelidikan, Dewan Eropa menemukan bukti adanya pesawat-pesawat yang terkait dengan badan intelejen AS dan membawa sejumlah tersangka. Pesawat-pesawat itu sempat mendarat di Rumania dan Polandia. Dikedua tempat inilah beberapa tersangka di turunkan.
Laporan Dewan Eropa menyimpulkan ada 14 negara Eropa yang terlibat dalam ‘pemindahan manusia antar negara yang ilegal’ itu. Negara-negara itu antara lain, Inggris, Jerman, Italia, Swedia, Bosnia, Macedonia, Turki, Spanyol, Cyprus, Irlandia, Yunani, Portugal, Rumania dan Polandia. Beberapa negara seperti Swedia dan Bosnia sudah mengakui keterlibatan mereka.
"Sekarang sudah jelas-meski kami masih jauh untuk mengungkap semua kebenaran-bahwa otoritas di sejumlah negara Eropa secara aktif bekerjasama dengan CIA dalam aktivitas ilegal ini," kata Dick Marty.
"Negara-negara lain meski tahu, mengabaikan atau tidak mau tahu," sambung Marty merujuk negara-negara Eropa yang sengaja menutup mata atas operasi intelejen ilegal di negaranya.
AS Paling Bertanggung Jawab
Marty menegaskan, AS adalah negara yang paling bertanggung jawab atas skandal ini. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan PM Inggris Toni Blair yang mengatakan bahwa pemindahan itu merupakan kebijakan pemerintah Amerika yang sudah dilakukan sejak lama sampai pemerintahan yang terakhir sekarang.
AS sendiri mengakui kebijakannya itu, namun AS berdalih pihaknya tidak mengirim seorang tahanan ke negara yang melakukan penyiksaan. "Sangat penting ditekankan bahwa AS tidak menutup-nutupi dan tidak melakukan penyiksaan," kata Tony Snow, pejabat hubungan media massa Gedung Putih, Rabu kemarin.
Pernyataan Snow jelas-jelas bertentangan dengan pengakuan sejumlah mantan tahanan AS yang mengaku mengalami penyiksaan dan pelecehan selama dalam penyekapan pemerintahan AS. (ln/aljz)