120 Cidera di Mesir Memperingati Nakba

Sedikitnya 120 orang cedera ketika pasukan keamanan Mesir menembakkan gas air mata dan peluru karet terhadap para demonstran pro-Palestina yang mencoba ingin memasuki Keduataan Israel di Kairo.

Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di luar Kedutaan Israel di ibukota Cairo, hari Minggu, memperingati ulang tahun ke-63 dari "Nakba" atau "Bencana" – di mana Israel menyatakan kemerdekaan, dan ratusan ribu rakyat Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka. Rakyat Palestina diusir, dihancurkan tempat tinggal mereka, dibunuh secara massive oleh milisi Zionis-Israel.

Saksi mata mengatakan sekelompok demonstran, kemudian mencoba mendobrak pintu gerbang Kedutaan Israel, yang menyebabkan polisi menembakkan gas air mata. Setidaknya 20 orang ditangkap.

Wartawan Al Jazeera Rob Gilles, yang berada di lokasi kejadian, mengatakan bahwa beberapa demonstran membakar ban di tengah jalan dan melempar batu polisi.

"Aparat keamanan telah membuat pagar betis di luar kedutaan untuk membersihkan jalan di depannya dan sebagian besar pengunjuk rasa dipaksa kembali," katanya.

"Mereka sudah menutup area utama yang menuju kedalam kedutaan, tapi masih ada masih banyak kedatangan para pengunjuk rasa, mereka bertekad untuk tidak meninggalkan lokasi kedutaan Israel. Para pengunjuk rasa termovitasi oleh gambar-gambar aksi protes Nakba dari berbagai kawasan Timur Tengah lainny.

"Kami telah melihat beberapa orang yang tergelak di lantai, akibat menghirup gas air mata yag ditembakkan oleh polisi", ujar Aljazeera.

Aktivis sebelumnya telah menyerukan pawai untuk mulai pada hari Minggu untuk mencapai perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza.

Insiden bersamaan dengan kunjungan pejabat kementerian pertahanan Israel ke Mesir. Ini merupakan kunjungan pertama pejabat tertinggi Israel ke Cairo, sejak rakyat rakyat menggulingkan mantan presiden Hosni Mubarak pada bulan Februari.

Wakil Menteri Pertahanan Israel, Amos Gilad a mengadakan pembicaraan dengan pejabat Mesir beberapa "untuk membahas perkembangan terakhir di kawasan itu, berkaitan dengan perjanjian rekonsiliasi Palestina", tulis kantor berita Mena.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Khaled Meshaal mengakhiri perseteruan empat tahun pada upacara rekonsiliasi di ibukota Mesir, Kairo, awal bulan ini. Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu menyebut kesepakatan itu "pukulan luar biasa bagi perdamaian".

Perjanjian ini Hamas dan Fatah bekerja untuk membuat sebuah pemerintah sementara calon yang tidak terafiliasi dengan golongan baik, yang akan memerintah sampai pemilu presiden dan legislatif dalam setahun. (mh/aljz)