Awalnya, sangat sulit para mahasiswa dan aktivis hak-hak asasi manusia bisa berkemah di depan Universitas Sana’a. Mereka dipukuli, ditembak, dan mengalami berbagai kekerasan lainnya, dan semua mengabaikan mereka.Tidak ada yang peduli. Mereka yang bekerja di kantor, toko, restoran, bahkan mereka yang menganggur pun, takut ditangkap aparat militer.
Sekarang semua telah berubah, sejak 25 Februari, di mana lebih 100.000 para demonstran berkumpul di ibukota Sana’a. Sebagian, ada diantara mereka, yang tak kurang 30.000 demonstran berkkumpul di depan Universitas Sana’a, yang menjadi Tahrir Square, seperti di Kairo. Mereka menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh mengundurkan diri.
Ini terjadi setelah para loyalis pemerintah menembak yang menewaskan dua demonstran pada malam 22 Februari lalu. Tetapi akibat tewasnya dua orang demonstran itu, mengakibatkan gelombang massa yang lebih besar ikut dalam aksi demosntrasi, dan dengan penuh antusiasme. Ini merupan puncak gerakan yang menuntut perubahan di Yaman, dan meminta Presiden Ali Abdullah Saleh, segera mundur.
Para penentang Ali Abdullah Saleh, mereka berteriak, "Enyahkan kaki tangan Amerika", teriak mereka. (mh/tm)