eramuslim.com – Sepuluh mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) dengan kompaknya memberikan peringatan untuk Presiden Donald Trump terkait upaya membatalkan hasil pemilihan umum.
Dalam sebuah artikel opini yang dipublikasi oleh The Washington Post pada Minggu (3/1), sepuluh mantan Menhan itu secara implisit meminta Trump untuk bersedia mengikuti tugas konstitusionalnya untuk melepaskan kekuasaan secara damai pada 20 Januari.
Sepuluh mantan Menhan itu terdiri dari Demokrat dan Republik, termasuk dua di antaranya bekerja di bawah kepemimpinan Trump.
Mereka adalah Dick Cheney, William Perry, Donald Rumsfeld, William Cohen, Robert Gates, Leon Panetta, Chuck Hagel, Ash Carter, James Mattis, dan Mark Esper.
Mattis merupakan Menhan pertama Trump yang mengundurkan diri pada 2018. Ia digantikan oleh Esper yang dipecat beberapa hari setelah pilpres AS 3 November.
Dalam opini yang mereka tulis, para Menhan itu memperingatkan Trump untuk tidak menggunakan militer dalam upayanya mengejar klaim penipuan pemilu. Meski mereka tidak menyebutkan nama “Trump” secara jelas.
“Waktu untuk mempertanyakan hasil telah berlalu, waktu perhitungan resmi suara electoral college, sebagaimana yang ditentukan konstitusi dan statuta sudah dilakukan,” ujar mereka.
“Upaya untuk melibatkan angkatan bersenjata AS dalam menyelesaikan sengketa pemilu akan membawa kita ke wilayah yang berbahaya, melanggar hukum, dan tidak konstitusional,” lanjut mereka.
“Pejabat sipil dan militer yang mengarahkan atau melaksanakan tindakan tersebut akan bertanggung jawab, termasuk kemungkinan menghadapi hukuman pidana, atas konsekuensi berat dari tindakan mereka di republik kita,” imbuh mereka.