Fenomena di atas menjadi faktor penyebab koalisi selalu terjadi secara serampangan. Syahwat menang, terbatas uang dan miskin kader, membuat partai jadi kendaraan yang gentayangan. Ditawari calon ini diterima, calon yang itu boleh juga. Koalisi kanan ok, kiri apalagi. Yang penting bisa menang, lalu bagi-bagi kekuasaan. Minimal ada sisa uang operasional. Gak sisa? Nasib!
Posisi kader tak jelas nasibnya. Kuat, ya bertahan. Gak kuat, segera hengkang. Banyak kader bagus dan berkualitas berguguran karena gak punya uang. Ironis!
Nyawalkot, nyabup, yagub dan nyapres butuh uang. Siapa berpotensi menang dan sanggup menyediakan uang, koalisi dengan siapapun bukan persoalan.
Tak perlu uang sendiri. Elektabilitas dan kedekatan dengan taipan bisa jadi jaminan. Tinggal tandatangan, uang bisa dikeluarkan. Sangat pragmatis!
Apa dampak koalisi “acak adut” dan serampangan ini? Pertama, platform perjuangan tak dihiraukan. Kedua, kader terabaikan. Ketiga, pemilih dilupakan. Keempat, bangsa dikorbankan.
Hal ini hanya bisa diakhiri jika partai membangun koalisi permanen. Koalisi pola ini hanya berlaku jika orientasi partai mengutamakan perjuangan.
Cocokkan visi, misi dan platform perjuangan, sepakati, lalu konsisten menjaga koalisi di semua wilayah pemilihan. Menang jadi penguasa, jika kalah siap bersama-sama berjuang sebagai oposisi. Gentle! Penguasa dan oposisi hanya posisi dalam sebuah arena memperjuangkan bangsa.
PKS, PAN dan Gerindra sudah mulai mencobanya. Sayangnya, hanya di satu dua tempat. Mestinya di seluruh wilayah. Masih ada kesempatan kedepan untuk mengujicobakan.
Jika praktek ini menjadi pilihan partai, maka koalisi hanya akan terbelah jadi dua: koalisi penguasa dan koalisi oposisi. Keduanya akan terdorong adu kualitas dalam setiap persaingan, baik di pileg, pilkada maupun pilpres.
Rakyat mudah mengidentifikasi dan memilihnya. Mana yang putih dan mana yang hitam ketahuan. Sebab, pilihan cuma dua: ini atau itu. Para pemilih tidak dibingungkan. Bangsa juga diuntungkan, karena persaingan akan cenderung lebih sehat dan transparan.(kk/sw)