Banyak ilmuwan dan sejarawan telah meriwayatkan kisah Nabi dengan Addas dengan cara yang berbeda. Namun, mereka semua sepakat mengenai satu tema. Sheikh Mohammed Al-Areefy, misalnya, mengatakan, bahwa setelah istri Nabi, Khadijah binti Khwuailed, dan pamannya, Abu Thalib, meninggal pada tahun yang sama, yang kemudian disebut “Tahun Kesedihan”, Nabi mencari tempat dimana dia bisa menemukan pendukungnya.
Ketika sampai di Taif, seruannya untuk masuk Islam tidak hanya ditolak dengan kuat, dia juga mengikuti perjalanannya kembali ke Makkah. Kala itu, batu-batu dilemparkan ke arahnya hingga dia mencapai Lembah Al-Mathnah, di mana dia beristirahat untuk sementara waktu.
Daerah itu dikenal dengan buahnya. Seorang petani Kristen Irak, Addas, yang melayani keluarga kaya yang berasal dari Makkah, mendekati Nabi yang sedih dan menawarkannya semangkuk anggur.
Nabi lantas mengambil buah anggur tersebut. Sebelum mulai memakan buahnya, Nabi berkata ‘Bismillah atau Atas nama Allah’. Ungkapan yang belum pernah didengar oleh pekerja tersebut, menarik perhatiannya dan dia bertanya: “Orang-orang di sini tidak mengatakannya!”
Nabi kemudian bertanya kepada Addas dari mana asalnya. “Dari Niniwe,” jawab pria itu. Cerita antara Nabi dan Addas itu berakhir dengan Addas memeluk Islam.(kl/rol)