Derita Dokter di Wuhan: Pakai Popok, Kelelahan Hingga Terinfeksi Corona

“Tentu saja, kami tidak menyarankan metode ini, namun staf medis benar-benar tak punya alternatif,” ujar pejabat tersebut.

Seorang dokter di sebuah klinik di Wuhan mengatakan, dirinya dan setidaknya 16 rekannya menunjukkan gejala-gejala sakit mirip corona, termasuk batuk dan infeksi paru-paru.

“Sebagai dokter, kami tak ingin bekerja selagi menjadi sumber infeksi,” ujar dokter yang tak ingin disebut namanya itu kepada AFP. “Tapi saat ini, tak ada orang yang menggantikan Anda,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa staf medis yang tidak mengalami demam, diharapkan untuk tetap bekerja.

“Apa yang akan terjadi jika tak ada yang bekerja di garis depan,” kata dokter tersebut.

Banyaknya kasus baru setiap hari membuat para pekerja medis kewalahan. “Mereka kelelahan,” kata dokter di sebuah rumah sakit besar di Wuhan.

Dikatakannya, salah satu rekannya bekerja di sebuah klinik yang menerima 400 pasien dalam waktu delapan jam. Banyak dokter yang menangani pasien “yang meninggal terlalu cepat, yang tidak berhasil mereka selamatkan,” kata dokter tersebut. “Mereka punya banyak tekanan,” imbuhnya.

Pekan lalu, Wakil Wali Kota Wuhan mengatakan bahwa kota tersebut kekurangan masker N95 dan pakaian pelindung. Pemerintah China telah merespons kondisi tersebut dengan mengerahkan seluruh negeri itu untuk meningkatkan produksi masker dan pakaian pelindung. China juga telah mengimpor lebih dari 300 juta masker dan sekitar 3,9 juta pakaian pelindung sejak 24 Januari.(dtk)