Eramuslim.com – Kandidat presiden Masoud Pezeshkian yang mengusung ide reformasi berhasil mengalahkan kandidat garis keras Saeed Jalili dalam pemilihan presiden Iran untuk mencari pengganti mendiang Ebrahim Raisi. Dalam kampanyenya Pezeshkian mengumbar janji akan melonggarkan penerapan aturan penggunaan kerudung atau hijab.
Hasil perhitungan perolehan suara hari Sabtu (6/7/2024) oleh pihak berwenang menyatakan Pezeshkian unggul dengan 16,3 juta suara dari Jalili yang mendapatkan 13,5 juta suara dalam pemilu yang digelar hari Jumat, lansir Associated Press.
Pezeshkian, seorang dokter bedah dan sudah lama menjadi anggota parlemen, semasa kampanye berjanji akan melakukan pendekatan terhadap Barat guna meringankan sanksi ekonomi atas Iran. Dia juga berjanji akan melonggarkan implementasi kewajiban berjilbab atau berkerudung bagi kaum Hawa, masalah yang menyulut aksi demonstrasi besar anti-pemerintah selama berbulan-bulan menyusul kematian Mahsa Amini, yang meninggal saat dalam tahanan kepolisian setelah ditangkap karena dianggap mengenakan kerudung tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Meskipun menyuarakan reformasi Pezeshkian, 69, tidak menjanjikan perubahan radikal terhadap sistem teokrasi Syiah Iran dalam kampanyenya.
Para pendukung Pezeshkian turun ke jalan-jalan di Teheran dan kota-kota lain sebelum fajar untuk merayakan kemenangannya atas Jalili, seorang mantan perunding nuklir garis keras.
Lebih dari 61 juta warga Iran berusia 18 tahun ke atas berhak memberikan suaranya dalam pemilu. Namun, partisipasi mereka dalam putaran pemilihan pertama tanggal 28 Juni tidak mencapai 50%. Pemilihan hari Jumat kemarin juga sama, sebagian besar pemilik suara enggan mendatangi tempat pemungutan suara. Proses pemilihan sebenarnya resmi berakhir pada pukul 6 petang, tetapi diperpanjang sampai tengah malam untuk mendorong partisipasi masyarakat.
(Hidayatullah)