“Darah Kami Sudah Halal, Bung!”

Tak Berkategori

Pun, hal ini bukan diskusi kemarin sore, tapi sudah berlangsung lama dan tidak perlu lagi diperdebatkan, apalagi dengan penuh kebencian. Paling sederhana, silahkan membaca buku “Kalender Hijriyah dan Masehi 150 Tahun (1364-1513 H/ 1945-2090 M)” oleh Drs. J. Sofwan Jannah.

Jikalah warga Muhammadiyah itu tidak taat pada titah pemimpinnya, boleh jadi ketika kata-kata kotor Sang Peneliti itu diucapkan, ia tidak lagi akan melihat indahnya mentari bersinar pagi ini. Tapi, yakinlah warga Muhammadiyah tidak akan melakukannya.

Ketika Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, berkata, “Diimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah agar tidak bersikap yang sama dengan mereka yang kerdil pemikiran dan sikapnya dalam beragama dan berbangsa. Tunjukkan bahwa warga Muhammadiyah berkeadaban, berilmu, berbangsa dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata,”, maka semua warga tunduk dan patuh.

Itulah elegannya warga Muhammadiyah, terlepas proses hukum yang tentunya harus ditegakkan.

Jika proses hukum itu harus diteruskan pun bukan maunya warga Muhammadiyah, tapi kehendak Sang Peneliti sendiri. Dia telah sesumbar, “Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara”.

Seharusnya jangan minta maaf tapi minta tangkap agar sejalan antara perkataan dan perbuatan. Semestinyalah pihak berwajib memenuhi permintaan ‘suci’ ini. Tangkap!

Maaf? Saya yakin tidak hanya maaf yang telah diberikan warga Muhammadiyah untuk Sang Peneliti, tapi juga doa dan munajat kepada Allah agar dirinya mendapat hidayah. Yakinlah pintu terbuka untuk bergabung dengan Muhammadiyah.

Namun demikian, tentu saja sebelumnya, harus bersedia untuk ‘dididik’ dahulu karena warga Muhammadiyah tidak dibesarkan oleh kebencian dan ‘kejumutan’ tapi dengan ilmu dan keadaban seperti yang ditanamkan oleh KH Ahmad Dahlan.

Warga Muhammadiyah tidak boleh kerdil dalam berpikir. Mereka harus berilmu dan beradab!

Akhirnya, kepada siapa saja, yakinlah sejak lama warga Muhammadiyah telah ‘menghalalkan’ darah mereka untuk bangsa ini. Jangankan darah, orang Muhammadiyah sudah mempersembahkan jiwa, raga dan nyawa mereka untuk membangun negeri ini.

Tentu, tidak nyinyir di ruang media sosial, tapi temukanlah di lembar-lembar buku sejarah, di ruang-ruang kelas pelosok negeri ini, di tengah kaum duafa dan anak yatim, di ruang-ruang rawat rumah sakit, dan di tengah-tengah para korban bencana.

Di sanalah darah warga Muhammadiyah dihalalkan dan diteteskan!

*) Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah NSW, Australia

(RMOL)

Beri Komentar