Dampak Gempa di Suriah: 1.000 Bangunan Sekolah Rusak, Sebagian Tak Lagi Aman Digunakan

UNICEF menyelenggarakan aktivitas rekreasi untuk anak-anak di tempat penampungan di kota Aleppo pada 20 Februari 2023, setelah gempa bumi melanda kota tersebut. Foto: Rami Nader (UNICEF)

Gempa bumi yang melanda sebagian kawasan Turki selatan dan Suriah barat laut pada bulan Februari telah memengaruhi kehidupan banyak anak di kedua negara itu.

Anak-anak di Suriah kondisinya sangat parah. Negara ini sebelumnya telah mengalami krisis panjang sejak peperangan pecah lebih dari 11 tahun yang lalu.

Kelompok-kelompok kemanusiaan bekerja untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung bagi anak-anak dan keluarga di sana. Selain itu, mereka juga berusaha agar anak-anak Suriah dapat kembali bersekolah dan belajar.

Gempa dahsyat tersebut merusak sedikitnya 1.000 sekolah di Suriah. Banyak gedung yang sudah tidak aman untuk dimasuki lagi. Bahkan 175 lebih bangunan sekolah yang masih bertahan telah diubah menjadi tempat penampungan sementara bagi para korban.

UNICEF telah mengirim perlengkapan bermain dan pendidikan ke tempat-tempat penampungan di Aleppo, Hama, dan Lattakia, untuk menjangkau sekira 50.000 anak, kata Eva Hinds, Kepala Komunikasi UNICEF di Suriah.

Meski berada di tempat penampungan, anak-anak dapat bermain satu sama lain dan melanjutkan pembelajaran mereka.

Hinds mengatakan bahwa pendidikan dan sekolah lebih dari sekadar proses belajar.

“Pendidikan adalah tiang yang penting,” jelas Hinds, “ini adalah cara untuk menciptakan stabilitas, cara untuk membuat penopang… setiap hari, bagi anak-anak yang telah mengalami sesuatu yang sangat traumatis ini.”

Hinds mengatakan, baru-baru ini ia mengunjungi satu tempat penampungan dan “sangat menyenangkan melihat anak-anak tertawa,” meski mereka telah mengalami sesuatu yang sangat mengerikan.

Sistem pendidikan di Suriah sudah rusak bahkan sebelum gempa bumi. UNICEF mengatakan, terdapat sekira 3,7 juta anak di Suriah dan 2,4 juta dari mereka tidak bersekolah.

Sedikitnya terjadi 700 serangan terhadap sekolah dan pusat pendidikan selama perang, menurut catatan PBB.

Anak-anak Suriah tidak boleh menunggu sampai sekolah selesai dibangun kembali untuk melanjutkan pendidikan mereka. Karena membangun kembali sekolah setelah bencana seperti itu bisa memakan waktu lama dan terlalu menghabiskan sumber daya, jelas Laura Frigenti. Dia adalah kepala Global Partnership for Education (GPE) yang menyediakan pembiayaan dan berbagai dukungan lain untuk pendidikan di negara-negara berkembang, termasuk Suriah.

Sebaliknya, kata Frigenti, pembelajaran harus dilanjutkan sesegera mungkin untuk anak-anak Suriah. Setelah kebutuhan mendesak seperti makanan dan tempat tinggal terpenuhi, pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi anak.

[sahabat al-aqsha]